NasDem Apresiasi Pemanfaatan FABA di PLTU Barru
BARRU (3Juli): Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengapresiasi pemanfaatan limbah hasil sisa pembakaran batu bara atau fly ash and bottom ash (FABA) di PLTU Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ia mengatakan jika FABA bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan mempunyai nilai ekonomi yang cukup besar.
Secara nasional penggunaan batu bara oleh PLN dalam setahun kurang lebih 135 juta metrik ton. Dari penggunaan batubara itu, FABA yang dihasilkan PLN di seluruh Indonesia mencapai 6-7 juta ton.
“PLTU Barru telah memanfaatkan FABA dengan baik dan bekerja sama dengan industri kecil menengah untuk menghasilkan paving block, batu bata dan campuran semen dan sebagainya yang secara teknis dan ekonomis sangat luar biasa,” kata Sugeng seusai pertemuan dengan Direktur Regional Sulmapana PT PLN (Persero), Adi Priyanto beserta jajarannya dan perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan, M P Dwinugroho, di PLTU Barru, Sulsel, Kamis (30/6).
Selain itu, Sugeng mengatakan, melalui FABA, PLTU dapat memberdayakan masyarakat sekitar atau usaha kecil menengah yang bergerak di bidang industri semen.
“FABA secara nasional kurang lebih 6 juta ton sampai 7 juta ton, ini kan harus dimanfaatkan dengan baik. Karena batu bara khusus PLN saja setahun kurang lebih 135 juta metrik ton, FABA yang dihasilkan kurang lebih 7 juta ton itu bisa mempunyai nilai ekonomi semacam PLTU Barru, dengan memanfaatkan FABA yang sangat baik, dengan melibatkan masyarakat di sekitar (PLTU),” kata Sugeng.
Legislator NasDem tersebut juga mengapresiasi PLTU Barru yang telah melakukan tata kelola praktik manajemen yang baik. PLTU Barru telah melakukan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara atau yang biasa disebut co-firing. Dengan begitu, target penggunaan energi campuran atau mix dapat menjadi kerangka acuan guna tercapainya target energi baru terbarukan sebesar 23% di tahun 2025.
“PLTU Barru ini telah melakukan co-firing dengan biomassa yang itu sumber dari berbagai macam dari tumbuhan ranting dan sebagainya. Walaupun belum mencapai 10 persen, tapi sudah di atas rata-ratanya, di atas 5 persen,” kata Sugeng.
Kendati demikian, Legislator NasDem dari Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) tersebut mendorong agar PLTU Barru memiliki mesin pengelola batu baru dengan teknologi tinggi. Mengingat PLTU Barru menggunakan batu bara dengan kalori rendah/low rank yang dapat menghasilkan karbondioksida atau CO2 yang tinggi.
“PLTU Barru dalam kategori memakan batu bara kalori rendah/low rank, hanya kalori 3.800 sampai 4.000, termasuk kalori rendah. Maka skema lanjut harus diperlakukan atau ditingkatkan untuk menekan peluncuran karbon karena semakin rendah kalori, luncuran CO2 makin tinggi. Maka kami minta agar nanti dikelola dengan mesin dan sebagainya dengan sistem supercritical di samping ada co-firing,” tutup Sugeng.
(dpr.go.id/*)