Furtasan Nilai Terjadi Pergeseran Penghormatan terhadap Guru

JAKARTA (25 Oktober): Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai NasDem, Furtasan Ali Yusuf, mengaku prihatin atas peristiwa yang menimpa Supriani, seorang guru honorer di Konawe, Sulawesi Tenggara yang dikriminalisasi.

Menurutnya, kasus guru dikriminalisasi bukan yang pertama. Kasus serupa sudah sering terjadi di Indonesia, tapi luput dari perhatian publik karena tidak viral.

Saya sebagai anggota DPR dan sebagai seorang guru sangat prihatin karena apa-apa pendekatannya hukum. Padahal, bisa diselesaikan melalui jalur musyawarah dan dengan pendekatan restorative justice dari pihak kepolisian,” ungkap Furtasan dalam keterangannya, Jumat (25/10).

Legislator NasDem dari Dapil Banten II (Serang, Kota Cilegon, dan Kota Serang) itu juga mengungkapkan, saat ini memang sudah bergeser perlakuan dan penghormatan terhadap guru.

Guru adalah profesi yang sangat mulia, oleh karenanya harus dihormati dan ditiru. Marahnya seorang guru terhadap murid bukan karena benci tapi karena sayang dan cintanya kepada murid. Ini jangan disalahartikan oleh orangtua yang tidak paham pendidikan secara utuh,” terang Furtasan.

Ditambahkan Furtasan, sekarang ini segala sesuatu dikaitkan dengan hak asasi manusia (HAM). Ia menilai itu sebagai pandangan yang kebablasan.

Waktu kita kecil, sudah biasa rambut dipotong paksa, kuku diperiksa dan dipotong, pakaian diperiksa dan dirapihkan, disabet dengan penggaris panjang, itu sudah biasa. Lalu kalau kita laporkan kepada orangtua, orangtua juga marah dan menasehati agar kita patuh pada guru. Degan begitu, anak berubah sikap menjadi lebih baik, lebih sopan, dan lebih rapih pakaiannya,” terang Furtasan.

Menurut Furtasan, perlakuan guru yang sejalan dengan orangtua semacam itu akan membuat anak didik menjadi lebih baik dan lebih disiplin menjalankan tugas dan kewajiban di sekolah.

Itu bukan berarti saya mendukung perlakukan kekerasan oknum guru terhadap murid. Saya berharap kita semua bijak dalam melihat setiap kasus yang terjadi, terutama kasus yang dialami guru honorer Supriyani di Sulawesi Tenggara,” pungkas Furtasan.

(*)

Add Comment