Syarief Alkadrie Dorong Percepatan Peresmian Jembatan Sungai Besar Sambas

JAKARTA (20 Februari): Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Syarief Abdullah Alkadrie, menerima kunjungan DPRD Kabupaten Sambas, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/2/2025).

Dalam kesempatan itu, Syarief menerima beberapa aspirasi, termasuk keinginan percepatan peresmian Jembatan Sungai Sambas Besar yang telah rampung dibangun.

“Terkait peresmian Jembatan Sungai Sambas Besar, ini merupakan harapan mereka terutama masyarakat di beberapa kecamatan di sana. Ya selama ini penyeberangan menggunakan feri. Dengan adanya jembatan ini kan pengen bagaimana mencoba itu. Mereka minta bagaimana supaya bisa digunakan, karena pekerjaan sudah selesai,” kata Syarief.

Jembatan Sungai Sambas Besar mulai dikerjakan pada 2021 dengan anggaran APBN 2021-2024 senilai Rp479,7 miliar. Saat ini konstruksi jembatan telah selesai dan sudah dilaksanakan uji laik fungsi guna memastikan jembatan dalam kondisi baik secara sistem dan struktur.

Jembatan itu menghubungkan Kecamatan Tebas menuju Kecamatan Tekarang dan merupakan aksesibilitas koridor kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.

“Tapi tentu nanti secara resmi akan diresmikan oleh Presiden atau siapa yang mewakili. Untuk itu sebelum menuju peresmian, karena ini menjelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, tentu bagaimana supaya diberikan izin pakai,” ujar Syarief.

Legislator dari Dapil Kalbar I (Sambas, Bengkayang, Kota Singkawang, Landak, Kayong Utara, Ketapang, Kota Pontianak, Mempawah, dan Kubu Raya) itu sudah berkoordinasi dengan Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum untuk pembukaan jembatan tersebut. Hasilnya jembatan bisa digunakan sementara untuk menunjang mobilitas masyarakat menjelang Ramadan.

Selain itu, Syarief juga menerima aspirasi lain di antaranya, perbaikan jalan-jalan yang menjadi akses perbatasan Indonesia-Malaysia. Juga terkait dana bagi hasil perkebunan, termasuk perbaikan infrastruktur yang rusak akibat banjir.

“Karena dia (Sambas) daerah cukup besar perkebunan, kenapa dananya lebih kecil dari daerah yang berdekatan. Umpamanya Kota Singkawang, kebun sawitnya tidak begitu besar tapi lebih besar (dana bagi hasil),” ujar Syarief.

(RO)

Add Comment