Lusyani Ajak Semua Orang Bertanggungjawab terhadap Lingkungan

JAKARTA, (6 Maret): Upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab seluruh stakeholder, mulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, komunitas tertentu hingga pemerintah sebagai dinamisator gerakan dari pusat hingga daerah. Itulah yang terucap dari seorang Lusyani Suwandi saat menjadi narasumber diskusi di Political and Strategic Analysis Institute di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/3).

Dalam acara bertajuk 'Implikasi Lingkungan dan Upaya Restorasi' itu Wakil Bendahara Umum DPP Partai NasDem Bidang Penggalangan Dana ini menerangkan bahwa isu lingkungan kerap menjadi isu strategis pada tataran global, bahkan, menurut Lusy isu lingkungan juga sering sekali menjadi alat penekan pada dimensi politik yang lebih luas.

Lusy yang ditunjuk menjadi Komperwil NasDem Bangka Belitung ini menyoroti betapa pentingnya kesadaran akan pelestarian lingkungan di daerah Provinsi Bangka Belitung (Babel). Menurutnya banyak sekali bekas lokasi penambangan yang kondisinya rusak parah, bahkan saat ini menurut Lusy telah berubah menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Lusy begitu prihatin melihat bagaimana pulau-pulau kecil di sana sekujur permukaannya dirobek-robek alat berat milik penambang, baik yang berizin resmi maupun yang liar juga sama banyaknya.

Banyak kalangan kemudian menyalahkan penambang yang mengeruk keuntungan berlebihan dari hasil tambang. Yang lain lagi juga justru menyalahkan pemerintah daerah karena dianggap telah memberikan izin untuk menggali timah.

Lusy yang merupakan Bakal Calon Anggota Legislatif tahun 2019 dari Partai NasDem ini berharap masyarakat dapat berhenti untuk saling menyalahkan.  Lusyani mengajak masyarakat untuk dapat bersama-sama mengawasi lingkungan dan berpadu daya menjalankan restorasi lingkungan yang saat ini terlanjur rusak.

“Saya sering bertatap muka dengan ibu-ibu di Babel, kepada mereka saya katakan bahwa mereka harus enggan mendorong suami menjadi penambang liar. Justru tanggap masyarakat lebih ditingkatkan berlipat-lipat agar kondisi Babel ke depan lebih baik lagi,” sebut Lusy.

Menurut Lusy kondisi lahan yang terdegradasi merupakan bentuk kerusakan lingkungan yang amat nyata akibat pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memiliki rasa kepedulian dengan keseimbangan lingkungan.

Degradasi lahan yang sudah amat kritis dicontohkan Lusy seperti halnya kerusakan ekosistem laut yang terjadi akibat eksploitasi hasil laut secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jala pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk menangkap ikan.

Begitu juga rusaknya terumbu karang yang berarti juga merusak habitat tempat ikan hidup dan berkembang biak, sehingga kekayaan alam laut Indonesia seperti ikan dan hewan laut lain di suatu daerah dapat berkurang bahkan punah. Siapa yang salah? Tanya Lusy.

Menurut Lusy manusialah yang justru merusak alamnya sendiri. Untuk itu dia mengajak kepada seluruh stakeholder yang ada untuk dapat bersama-sama memulai gerakan perubahan yang dimuali dari diri senditri dan restorasi lingkungan dari keluarga terdekat.

“Saya mengajak semua orang bertanggung jawab terhadap lingkungan, tidak saling melempar tanggung jawab apalagi saling menyalahkan,” pungkas Lusy.(*)

Add Comment