Pembangunan Pembangkit Listrik Harus Kedepankan Tanggung Jawab Sosial
Getting your Trinity Audio player ready...
|
BATANG (27 April): Anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Irsan Sosiawan Gading, melakukan kunjungan kerja ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang dan proyek pembangunan jaringan gas bumi (Jargas) Cirebon–Semarang (Cisem). Kegiatan itu menjadi bagian dari agenda pengawasan dan evaluasi Komisi XII terhadap proyek-proyek strategis nasional di sektor energi.
Dalam kunjungan tersebut, Irsan menyoroti pentingnya sinergi antara pembangunan infrastruktur fisik, ketersediaan pasokan gas, dan penyesuaian kebijakan tarif agar proyek seperti Jargas Cisem yang merupakan pengembangan tahap kedua, dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan industri.
“Proyek Jargas Cisem ini bukan hanya soal pipa dan distribusi gas, tetapi bagian penting dari upaya diversifikasi energi nasional. Kita dorong supaya masyarakat dan industri punya alternatif energi yang lebih bersih dan efisien, menggantikan ketergantungan pada LPG atau bahan bakar impor lainnya,” ujar Irsan di sela-sela tinjauan lapangan, Jumat (25/4/2025).
Proyek Cisem-1 telah beroperasi mengalirkan gas ke beberapa kawasan industri strategis seperti Kendal, Batang, dan Semarang. Sedangkan proyek lanjutan Cisem-2 (Batang–Cirebon–Kandang Haur Timur) tengah dalam tahap konstruksi dan ditargetkan rampung pada kuartal I 2026.
Irsan juga menekankan bahwa integrasi jaringan gas bumi dari Sumatra hingga Jawa akan menjadi game changer dalam peta ketahanan energi Indonesia.
“Ketika semua jaringan ini terintegrasi dengan baik, dari JTB (Jambaran Tiung Biru) di Jawa Timur sampai kawasan industri di Jawa Barat dan Sumatra, kita tidak hanya bicara efisiensi, tapi juga keadilan energi bagi seluruh daerah,” jelas legislator NasDem dari Dapil Aceh II (Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tamiang, Bener Meriah, Kota Lhokseumawe, dan Kota Langsa) tersebut.
Khusus untuk PLTU Batang, Irsan memberikan perhatian pada aspek keberlanjutan dan pengendalian dampak lingkungan dari aktivitas operasional pembangkit. Terlebih PLTU Batang memiliki kontribusi besar terhadap pasokan listrik nasional, yaitu berkapasitas hingga 2×1.000 MW yang disuplai kepada PT PLN (Persero).
Irsan menegaskan bahwa pembangunan pembangkit listrik berskala besar seperti itu harus sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar.
“Meski sudah ada teknologi Ultra Super Critical dan teknologi pendukung lainnya untuk efisiensi penggunaan batu bara dan menekan emisi karbon, kami ingin memastikan besaran efisiensi dan pengurangan emisi karbon dapat terus dipantau setiap saat. Selain itu, kami akan terus melakukan pengawasan terhadap pengoperasian PLTU Batang agar tidak hanya efisien dari sisi teknis dan pasokan listrik, tetapi juga mengedepankan aspek lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Pengawasan terhadap emisi, kualitas udara, dan limbah harus dilakukan secara ketat,” paparnya.
Irsan mengapresiasi teknologi efisiensi dan standar lingkungan yang telah diterapkan. Ia berharap proyek pembangkit dan distribusi gas seperti itu dapat berjalan beriringan sebagai pilar transisi energi nasional.
Kunjungan itu juga diisi dengan dialog bersama pelaksana proyek untuk memastikan dampak pembangunan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
(diana/*)