Dini Rahmania: Anak Usir Ibu di Probolinggo Alarm bagi Masyarakat Indonesia
Getting your Trinity Audio player ready...
|
PROBOLINGGO (29 Juli): Anggota Komisi VIII DPR RI, Dini Rahmania, prihatin dengan peristiwa pengusiran seorang ibu oleh anak kandungnya di Kecamatan Besuk, Probolinggo, Jawa Timur. Dini menegaskan bahwa kejadian itu merupakan alarm keras bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia.
“Kasus ini menyentuh hati kita semua. Ibu merupakan sumber kehidupan, pengorbanannya tidak ternilai. Ketika seorang anak kehilangan rasa hormat serta kasih sayang terhadap ibunya, itu adalah tanda bahwa ada yang perlu dibenahi secara serius dalam tatanan sosial dan pendidikan moral kita,” kata Dini, Senin (20/7/2025).
Legislator dari Dapil Jatim II (Pasuruan-Probolinggo) itu menekankan perlunya penguatan perlindungan terhadap kelompok rentan, khususnya lansia, melalui berbagai aspek, baik hukum, sosial, maupun mental.
Ia mendorong peningkatan program-program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), pendampingan psikososial, serta pengadaan rumah singgah untuk lansia.
Dini mengajak seluruh elemen masyarakat, dari tokoh agama hingga tetangga sekitar, aktif mengawasi dan melakukan tindakan pencegahan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, terutama terhadap lansia.
“Jangan sampai ada tetangga yang tahu tetapi memilih diam ketika ada lansia yang diperlakukan tidak layak,” ujarnya.
Dini juga menyampaikan doa kepada ibu yang menjadi korban, agar mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari pemerintah maupun masyarakat. Ia mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sayang dalam keluarga.
“Peluk hangat dan doa agar beliau mendapatkan perlindungan, kasih sayang, dan perawatan yang layak dari negeri dan masyarakat. Ingatlah, Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Jangan biarkan kesulitan hidup mengikis rasa bakti dan cinta kepada orang tua,” tambah Dini.
Ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia, terutama warga Probolinggo, untuk kembali menanamkan dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, empati, dan tanggung jawab.
“Jangan ada lagi ibu yang tersakiti, apalagi oleh darah dagingnya sendiri. Kita mungkin tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, tetapi kita bisa memilih untuk selalu bersikap manusiawi dan penuh cinta kasih terhadap orangtua kita sendiri,” tukas Dini.
Sebelumnya, sebuah video beredar di media sosial memperlihatkan seorang perempuan bernama Misrika, 43, menghardik, memukul, dan mendorong ibu kandungnya, No Taji, 76, hingga tergeletak di jalan desa. Peristiwa memilukan itu terjadi di Desa Jambangan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dan menyisakan luka mendalam bagi masyarakat. (Yudis/*)