NasDem Sulteng Tingkatkan Kapasitas Saksi
Getting your Trinity Audio player ready...
|
PALU, (27 Maret): Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Sulawesi Tengah (Sulteng), akan rutin melatih pelatih saksi yang telah disiapkan untuk Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Sekretaris DPW Partai NasDem Sulteng, Muslimun mengaku, DPW menyiapkan 98 pelatih saksi yang dipilih dari 12 kabupaten dan 1 kota. 98 pelatih saksi tersebut telah mengikuti pelatihan dalam bentuk training of trainer (TOT) pertama pada pertengahan Maret lalu.
"Jadi untuk TOT DPW bekerjasama dengan Komisi Saksi NasDem (KSN) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem," terang Muslimun kepada Media Indonesia, Selasa (27/3).
Lebih jauh Muslimun menuturkan, pelatihan peningkatan kapasitas pelatih saksi tidak hanya dilakukan sekali. Tetapi dilakukan secara berkelanjutan yaitu selama tiga bulan sekali.
Hal tersebut diikutkan dengan evaluasi kinerja pelatih saksi setelah dilepas untuk melatih saksi dilapangan.
"Itu dilakukan agar kapasitas saksi yang diinginkan oleh Partai NasDem dapat tercapai," terangnya.
Muslimun menguraikan, saksi yang nantinya dilatih lagi oleh pelatih saksi jebolan TOT KSN bekerjasama DPW bukan untuk menjadi saksi perseorangan atau saksi setiap calon. Tetapi mereka akan menjadi saksi partai yang bekerja di lapangan untuk partai.
"Saksi partai menjadi saksi independen, yaitu tidak menjadi saksi calon. NasDem meningkatkan kapasitas saksi, menghadirkan seluruh saksi yang berasal dari tingkat DPD, DPC dan tigkat desa/kelurahan se-Sulteng," imbuhnya.
Wakil Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPW NasDem Sulteng Mohammad Hamdin menambahkan, dalam TOT pelatih saksi, KSN dan DPW menghadirkan sejumlah instruktur dan narasumber di antaranya, Komandan Pemenangan Wilayah (Komperwil) Partai NasDem Ahmad HM Ali, Ketua DPW Partai NasDem Sulteng Tahmidi Lasahido, KSN DPP, I Gusti Putu Artha, Nasrullah, dan Yulli Kusniah.
"Materi yang nantinya mereka berikan beragam. Namun tetap mengedepankan tentang partai, ideologi partai dan tekhnis kepemiluan," tandas Hamdin. (MI/*)