Tidak Perlu Respons Berlebihan terkait Pengibaran Bendera One Piece
Getting your Trinity Audio player ready...
|
MAKASSAR (8 Agustus): Beradar video di media sosial seorang pedagang di Pasar Bantaeng, Sulawesi Selatan, Pardi, menjadi korban intimidasi dan penganiayaan karena mengibarkan bendera One Piece. Ia dutampar oleh pria yang mengaku aparat.
Menanggapi kejadian tersebut, Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, menilai penganiayaan tersebut adalah respons yang berlebihan.
“Ini (pengibaran bendera One Piece) sebuah ekspresi yang biasa-biasa saja, bahkan Pak Presiden sudah statement soal ini. Kalau ada respons berlebihan, ini yang keliru,” kata Willy di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (7/8/2025).
Menurut Willy, mengibarkan bendera anime tersebut bukan merupakan tindakan makar, seperti perdebatan beberapa hari terakhir.
“Kita anggap ini kan tidak makar, tindakan ekspresi yang biasa saja. Jangan ditanggapi berlebihan, proporsional aja,” ujarnya.
Legislator Partai NasDem itu pun menekankan bahwa adanya rasa kecewa dari lapisan masyarakat terhadap pemerintah sebagai hal biasa.
“Orang memiliki rasa kecewa, marah, sejauh tidak melecehkan simbol-simbol negara fine-fine saja,” kata Willy.
Namun Willy mengimbau agar kritik yang disampaikan masyarakat tidak salah alamat. Menurutnya, ada fenomena yang berkembang di masyarakat, ketika marah pada pemerintah, maka negara yang disalahkan.
“Di dalam teori demokrasi, negara itu stabil, pemerintahan yang silih berganti. Politik itu dinamis, pemerintahan datang dan pergi, tapi spirit patriotisme kita harus tetap berdiri tegak,” tegas Willy. (Yudis/*)