Pembekalan Pernikahan Harus Relevan dengan Kondisi Generasi Muda Masa Kini
JAKARTA (29 September): Anggota Komisi VIII DPR RI, Dini Rahmania, menyoroti video Tepuk Sakinah yang beredar viral di media sosial. Ia berharap Kementerian Agama (Kemenag) menyuguhkan materi bimbingan pernikahan agar tetap relevan dan mengedepankan materi pembekalan emosional, mental, dan spiritual.
“Saya juga melihat dan mendengar ada pro dan kontra terhadap bentuk edukasi ini. Banyak netizen yang mengkritik, menganggap bentuknya kurang sesuai dengan gaya generasi muda sekarang. Itu wajar dan harus jadi masukan,” kata Dini, Minggu (26/9/2025).
Video Tepuk Sakinah yang berisi edukasi bagi calon pengantin viral di media sosial. Video yang diunggah beberapa akun medsos Kantor Urusan Agama (KUA) itu mendapat reaksi pro kontra dari masyarakat karena dianggap tidak lagi relevan dengan generasi muda.
Dini mengatakan, sebenarnya Tepuk Sakinah berisi edukasi calon pengantin dan diharapkan dengan yel-yel itu pasangan mampu menerapkan nilai baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya melihat Tepuk Sakinah sebagai salah satu metode Kementerian Agama dalam memberikan edukasi kepada calon pengantin. Tujuannya tentu baik, yakni agar nilai-nilai keluarga sakinah mudah diingat dan dipraktikkan,” ujarnya.
Legislator Partai NasDem itu menekankan yang terpenting dari rumah tangga adalah pembekalan emosional, mental, dan spiritual. Bimbingan pernikahan mesti relevan dengan kondisi dan pendekatan ke generasi muda.
“Yang terpenting adalah substansi, bagaimana calon pengantin dibekali kesiapan mental, emosional, dan spiritual untuk membangun rumah tangga yang kuat dan harmonis. Oleh karena itu, materi bimbingan pernikahan memang harus relevan dengan kondisi saat ini. Misalnya, dengan pendekatan yang lebih kreatif, interaktif, dan dekat dengan dunia anak muda,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dini mendukung jika ada metode lain yang lebih relevan untuk memberikan pembekalan kepada anak muda. Yang terpenting, pesan sakinah (ketentraman, kedamaian, kebahagiaan) kepada pasangan dapat sampai.
“Jadi kalau ada ruang untuk memperbaiki metode agar lebih relevan dan lebih dekat dengan generasi sekarang, tentu saya mendukung langkah itu. Yang penting bukan cara tepuknya, tapi pesan sakinahnya tetap sampai,” tukasnya. (Yudis/*)