Serap Aspirasi Penerbit dan Pegiat Literasi untuk Mendukung RUU Perbukuan
PADANG (6 Oktober) Anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem, Willy Aditya, menyempatkan diri menemui pegiat literasi di Kota Padang, Sumatra Barat, Minggu (5/10/2025). Willy yang merupakan lulusan sekolah menengah Indonesisch Nederlandsche School Kayutanam (INS Kayutanam), Sumatra Barat itu mendengarkan aspirasi dari para penulis buku, pemilik toko buku, pengelola taman bacaan masyarakat, dan pegiat literasi lainnya.
“Pertemuan ini dalam rangka meaningful participation, diskusi belanja masalah untuk Rancangan Undang-Undang (RUU) Perbukuan yang merupakan usul inisiatif pribadi saya sebagai anggota DPR,” kata Willy seusai pertemuan yang berlangsung hingga menjelang dini hari tersebut.
Willy mendengarkan banyak aspirasi, antara lain perlunya pengaturan pemerintah, khususnya pemerintah daerah agar rutin membeli buku dari penerbit-penerbit lokal.
“Sumatra Barat ini memiliki banyak penulis, bahkan beberapa mendapatkan penghargaan internasional. Sayangnya, bukunya sulit diperoleh di sini (Kota Padang), lebih banyak beredar di luar,” kata Ivan, seorang penulis buku, dalam diskusi sambil minum kopi di Kafe Literasi Steva, Padang.
Untuk itu, Ivan dan beberapa penulis mengusulkan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk membeli buku yang kemudian disimpan di perpustakaan-perpustakaan daerah. “Jadi, masyarakat juga mengenal penulis dari daerah sendiri,” kata Ivan.
Yusrizal KW, seorang pegiat taman bacaan masyarakat, mengemukakan kondisi taman-taman bacaan masyarakat yang memprihatinkan. Mereka mengalami kekurangan dana untuk meneruskan kegiatan, sementara dukungan dari pemerintah minim.
Seorang aktivis mahasiswa yang hadir juga menyuarakan protes terhadap penyitaan-penyitaan buku yang dilakukan aparat penegak hukum. Dia mendorong, RUU Perbukuan juga mengatur hal itu.
Seorang pemilik toko buku kecil juga menyampaikan fenomena penerbit besar yang langsung menjual buku ke sekolah. Penerbit besar ini memberikan diskon yang besar kepada pihak sekolah sehingga siswa bisa membeli buku lebih murah daripada ke toko-toko buku.
“Hal ini mematikan toko-toko buku karena diskon yang bisa sampai 40 persen dari harga buku, itu sebenarnya margin yang biasa didapatkan toko buku,” katanya.
Willy yang kini Komisi XIII DPR, mencatat semua masalah tersebut untuk dipelajari. Dia mengajak semua pegiat literasi untuk bersama-sama memperjuangkan RUU Sistem Perbukuan.
“Teman-teman harus tahu, ini adalah inisiatif pribadi saya. DPR itu tidak monolitik, ada 580 orang yang memiliki isi kepala berbeda-beda. Saya akan melakukan tugas saya memastikan fraksi-fraksi DPR lainnya mendukung RUU ini. Sementara teman-teman mendorong dari luar. Kita walk hand in hand untuk ini,” pinta Willy. (RO/*)