Lisda Hendrajoni: Perlu Standarisasi dan Sertifikasi Bangunan Pesantren
JAKARTA (13 Oktober): Anggota Komisi VIII DPR RI, Lisda Hendrajoni, menyampaikan duka cita mendalam atas peristiwa runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur yang menimbulkan korban jiwa. Ia mendoakan semoga seluruh korban yang meninggal mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan korban cedera segera pulih.
“Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas musibah yang terjadi di Pondok Pesantren Al Khoziny. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Allah SWT,” ujar Lisda di Jakarta, Sabtu (11/10/2025).
Lisda menegaskan bahwa tragedi tersebut harus menjadi peringatan serius bagi seluruh pihak, terutama pengelola lembaga pendidikan berbasis asrama dan pesantren, agar memperhatikan aspek keselamatan dan kelayakan bangunan.
“Pondok pesantren adalah tempat ribuan generasi muda menimba ilmu agama. Maka keamanan dan keselamatan santri harus menjadi prioritas utama, bukan hal yang bisa diabaikan,” tegas Lisda.
Ia mendorong Kementerian Agama, Kementerian PUPR, serta pemerintah daerah untuk segera melakukan audit teknis terhadap bangunan-bangunan pendidikan keagamaan, khususnya yang berdiri di kawasan padat dan rawan bencana.
“Perlu ada standarisasi dan sertifikasi bangunan pesantren. Jangan sampai karena kelalaian atau konstruksi yang tidak sesuai aturan, nyawa para santri menjadi taruhannya,” sambung Srikandi Partai NasDem itu.
Selain itu, Lisda mengingatkan pentingnya pengawasan penggunaan dana bantuan pemerintah untuk pembangunan sarana keagamaan, agar tepat sasaran dan benar-benar digunakan untuk meningkatkan mutu dan keamanan fasilitas pendidikan.
“Kami di Komisi VIII akan mendorong evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme bantuan infrastruktur pesantren, agar setiap rupiah yang dikucurkan betul-betul membawa manfaat bagi keselamatan dan kenyamanan santri,” tegasnya.
Lisda menyerukan agar masyarakat dan pemerintah daerah setempat bergotong royong membantu para korban serta memastikan kegiatan belajar mengajar tetap dapat berlangsung.
“Ini bukan sekadar tragedi, tetapi peringatan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap keselamatan anak-anak kita di lembaga pendidikan. Mari kita jadikan musibah ini momentum untuk memperbaiki sistem dan kepedulian bersama,” tutup Lisda. (Bee)