Furtasan Tegaskan Pentingnya Tridharma dan Sikap Kritis Mahasiswa

SERANG (24 November): Anggota Komisi X DPR RI, Furtasan Ali Yusuf, menegaskan bahwa penguasaan Tridharma Perguruan Tinggi dan kemampuan bersikap kritis merupakan fondasi utama bagi mahasiswa dalam menjalankan perannya sebagai agent of change (agen perubahan) dan iron stock (generasi penerus).

Furtasan menyampaikan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya proses memperoleh ilmu, tetapi juga proses transformasi yang membentuk karakter, integritas, dan kecakapan profesional mahasiswa.

“Pendidikan tinggi adalah fondasi. Ia bertujuan mengasah kemampuan berpikir kritis, analitis, dan logis mahasiswa, menanamkan integritas, sekaligus mempersiapkan mereka dengan hard skill dan soft skill yang relevan,” ujarnya dalam Diskusi Publik bertema ‘Pendidikan dan Arah Gerak Mahasiswa: Membangun Kontribusi Nyata’ di Kota Serang, Banten, Minggu (23/11/2025).

Furtasan menegaskan bahwa arah gerak mahasiswa harus selalu berpedoman pada Tridharma Perguruan Tinggi. Menurutnya, mahasiswa perlu menomorsatukan prestasi akademik dan kejujuran intelektual, sekaligus berperan sebagai produsen pengetahuan melalui penelitian yang menawarkan solusi bagi persoalan masyarakat.

Ia menambahkan bahwa pengabdian kepada masyarakat merupakan manifestasi nyata dari peran mahasiswa sebagai agen perubahan, di mana ilmu yang dimiliki diterapkan melalui aktivitas sosial, pemberdayaan komunitas, dan advokasi kebijakan.

Dalam konteks perkembangan zaman, Furtasan memaparkan bahwa mahasiswa dituntut mampu memberikan kontribusi di berbagai dimensi, mulai dari lingkungan internal kampus melalui organisasi mahasiswa dan kajian ilmiah, hingga pada ranah sosial-kultural melalui advokasi kelompok marginal dan kerja kerelawanan.

Ia juga menyoroti pentingnya peran mahasiswa dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, terutama dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menggerakkan partisipasi publik.

Namun demikian, ia mengingatkan adanya tantangan yang harus diwaspadai, termasuk godaan pragmatisme dan derasnya disinformasi di media sosial yang dapat melemahkan daya kritis mahasiswa.

“Mahasiswa harus memiliki sikap kritis yang matang. Kritik harus disajikan dengan data, analisis, dan solusi yang konstruktif, bukan sekadar emosi. Jadilah pengkritik, bukan pemberontak,” tegasnya.

Menutup pemaparannya, legislator Partai NasDem itu menyampaikan bahwa kualitas pendidikan harus berbanding lurus dengan kontribusi mahasiswa terhadap masyarakat dan negara.

“Mahasiswa hari ini harus menjadi generasi yang cerdas secara intelektual, matang secara emosional, dan peduli secara sosial,” ujarnya. (Yudis/*)

Add Comment