Butuh Kolaborasi untuk Perkuat Sistem Perlindungan Perempuan dan Anak
JAKARTA (30 Desember): Pemerataan layanan perlindungan dan pendekatan preventif dengan memahami akar kerentanan baru harus dikedepankan, dalam upaya memperkuat sistem perlindungan perempuan dan anak di Indonesia.
“Tantangan perlindungan perempuan dan anak Indonesia yang semakin kompleks pada 2026 harus dijawab dengan kolaborasi kuat semua pihak terkait, demi menghadirkan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak di Tanah Air,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/12/2025).
Laporan Komnas Perempuan mencatat 8.543 pengaduan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) sepanjang 2025. Jumlah itu meningkat 35% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Komdigi 2025 menemukan bahwa 1 dari 3 anak pernah terpapar konten kekerasan atau ujaran kebencian di platform game online.
Selain itu, Bappenas juga memperkirakan bahwa perempuan dan anak-anak di sejumlah daerah di Indonesia merupakan kelompok rentan terpapar dampak krisis iklim.
Kerentanan itu memicu peningkatan risiko perdagangan orang (trafficking), perkawinan anak, dan putus sekolah, terutama pada keluarga yang kehilangan mata pencaharian akibat bencana.
Menurut Lestari, sejumlah catatan tersebut harus ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Tidak bisa lagi saling menunggu, para pemangku kepentingan harus segera bergerak menjawab sejumlah tantangan dalam melindungi anak dan perempuan di tanah air.
Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat bahwa, kolaborasi pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak di seluruh Indonesia.
Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI itu, mendorong, agar sistem dan perangkat hukum yang ada mampu beradaptasi dengan perkembangan kejahatan baru yang berbasis teknologi dan lintas batas antarnegara.
Selain itu, tegas Rerie, harus juga diantisipasi ancaman yang datang dari dampak krisis di sektor ekonomi, lingkungan, hingga ruang digital yang berpotensi menghadirkan kerentanan bagi perempuan dan anak.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, semua pihak terkait, baik di tingkat pusat dan daerah, mampu bergerak bersama dalam mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi setiap warga negara. (*)