Intuisi Okky Asokawati di Hari Anak Nasional
JAKARTA, (23 Juli): Politisi Perempuan Partai NasDem, Okky Asokawati menerangkan, perkembangan di bidang teknologi membawa paradoks. Selain membawa dampak positif hadir pula ancaman negatif di belakangnya. Ia mengapresiasi langkah pemerintah dalam melakukan proteksi konten negatif di Internet untuk melindungi anak-anak Indonesia.
Legislator yang tahun depan diproyeksikan maju kembali dalam Pileg dari Partai NasDem ini mengingatkan kepada seluruh stakeholder untuk bisa mewaspadai sebagai peringatan lampu kuning untuk bisa terus menjaga anak-anak dan peradaban bangsa.
"Peringatan Hari Anak Nasional, lampu kuning untuk anak Indonesia," kata dia di Jakarta, Senin (23/7) saat menyampaikan catatan khusus terkait peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2018.
Menurutnya, penggunaan gadget di kalangan anak-anak harus terus mendapat pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru di sekolah. Kata dia, dampak negatif dari penggunaan gadget yang tidak sesuai porsinya akan berpengaruh kepada proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, lanjut dia, orang tua harus bisa mengarahkan anak-anak kepada hal-hal positif seperti pendidikan, kreativitas, olahraga dan lain sebagainya.
"Kita sebagai bangsa harus waspada, bijak dan mengantisipasi dampak negatif atas kemajuan sektor informasi dan tekhnologi ini," terangnya.
Selain paradoks di bidang kemajuan teknologi, Okky juga mengulas ancaman dan bahaya perokok di kalangan anak yang sangat mengkhawatirkan. Menurut data tahunan Tobbaco Control Atlas Asean, perokok usia anak di Indonesia mencapai 30 persen atau sekitar 20 juta anak di bawah usia 18 tahun.
Bahkan jika merujuk data Komnas Perlindungan Anak tahun 2008-2012 perokok usia di bawah 10 tahun jumlahnya mencapai 239.000, dan di usia 10-14 tahun menempati angka 1,2 juta anak Indonesia.
“Angka ini sungguh merisaukan dan mengancam masa depan anak Indonesia. Pemerintah dan seluruh stakeholder harus melakukan perlawanan konkret seperti menaikan harga dan melarang iklan rokok di ruang publik atas masifnya pengguna rokok di kalangan anak-anak,” katanya.
Okky juga mengulas dua persolan pada anak lainnya yakni masih tingginya angka pernikahan dini dan jumlah pekerja anak yang relatif masih tinggi. Data Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak, disebutkan anak menikah mencapai angka 340 ribu.
“Angka ini menduduki rangking ke tujuh dunia. Efek turunan yang terjadi terhadap pernikahan dini yakni kesehatan reproduksi, ancaman kematian pada ibu hamil dan anak serta gizi anak,” ungkapnya.
Menurutnya dibutuhkan komitmen yang tegas dan kolaborasi antara pemerintah dan pemuka agama serta dukungan orang tua terkait persoalan pernikahan dini.
"Saya mendesak BKKBN tidak hanya mengurus urusan kontrasepsi saja, namun persoalan pernikahan anak sudah sangat mengkhawatirkan, juga harus direspons oleh BKKBN,” katanya.
Sedangkan untuk jumlah pekerja pada anak yang masih tinggi yakni sebesar 1,6 juta di tahun 2015 disikapi Okky dengan sangat memprihatinkan. Kementerian Tenaga Kerja menurutnya harus bisa lebih intens lagi dalam melakukan pengawasan dan sosialisasi kepada stakeholder terkait problem tersebut.
"Target pemerintah pada tahun 2022 menghilangkan pekerja anak harus dikonkretkan dengan melakukan langkah-langkah nyata," pungkasnya.(*)