Register 20.000 Medsos Caleg, NasDem Konsisten Perangi Hoaks

JAKARTA (14 Agustus): Pemilih dengan pemikiran sosiologis kerap dimanfaatkan elite politisi sebagai instrumen untuk melakukan politik identitas. Konten politik identitas yang disebarkan ke pemilih melalui media sosial sering kali bersifat hoaks dan mengandung ujaran kebencian. 

Ketua DPP NasDem bidang Media dan Komunikasi Massa Willy Aditya menuturkan info-info  hoaks paling banyak beredar di aplikasi chatting seperti Whatsap, Line, BBM, dan Telegram.

 Aplikasi-aplikasi tersebut dipilih lantaran sifatnya yang lebih personal, sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi pandangan seseorang. 

"Kami menyebut itu sebagai 'dari sosial', info hoaks disebarkan masif di grup-grup layanan aplikasi chatting," tutur Willy dalam acara diskusi bertemakan "Hoaks dan Pemilu 2019" yang diadakan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informstka (Kominfo), Jakarta, Selasa (14/8). 

Willy melanjutkan, hoaks dalam pelaksanaan pemilu bukanlah sesuatu yang baru. Hoaks sudah ada sejak era Perang Dunia ke-2 yang marak melakukan propaganda untuk menarik persepsi masyarakat. 

"NasDem konsisten melawan hoaks, sebab hoaks merusak tatanan kebangsaan yang bisa menimbulkan fragmentasi antarmasyarakat," tutur Willy. 

Untuk memerangi hoaks dalam level pemilu legislatif (pileg) Willy melanjutkan DPP NasDem telah melakukan registrasi kepada lebih dari 20.000 akun media sosial milik para caleg NasDem. 

Selain itu NasDem juga terus memberikan pelatihan kepada para caleg untuk melakukan kampanye positif dan sehat. 

"Kita miliki komitmen tidak hanya di DPP, namun hingga ke DPW, DPD, dan caleg agar sama-sama tidak menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian di media sosial," tuturnya. 

Sedangkan untuk pemilu presiden dan wakil presiden, Willy menjelaskan bahwa NasDem bersama Jokowi-Ma'ruf akan melakukan kampanye bersifat putih dengan mengedepankan keunggulan kinerja dan kekuatan program. 

"Justru hoaks sering datang dari luar karena mereka tidak punya basis kinerja yang dapat diunggulkan untuk menarik pemilih, lebih cenderung untuk menghasut pemilih dengan info-info yang kadang menyesatkan," paparnya. 

Willy melanjutkan, selain berkampanye dengan mengunggulkan kinerja dan program, kubu Jokowi juga tidak segan untuk mengeluarkan kontra narasi dalam menghadapi serangan hoaks lawan. Langkah hukum akan diambil jika memang hoaks yang disebarkan dapat membawa kerugian. 

"Jika sudah keterlaluan tentu kita akan melanjutkan ke pihak berwenang yaitu kepolisian dan Bawaslu," paparnya. (Uta/*)

Add Comment