Reza Zaki Jawab Keraguan dengan Kerja Nyata
SUMEDANG (29 Agustus): Berbeda dengan anak muda kebanyakan, di usia yang baru menginjak 29 tahun, Reza Zaki sudah dipercaya memimpin Partai NasDem di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar).
Ia mengaku selalu ingat dengan peristiwa enam tahun lalu ketika mendapat perlakuan pesimistis dari beberapa kalangan tepatnya ketika Reza dan keluarga mendirikan Rumah Imperium di Desa Ganeas, Sumedang.
Meski begitu, pria kelahiran Jakarta, 27 November 1989 ini selalu membawa semangat dan optimisme dalam menapaki setiap langkah hidupnya demi menebar arti bagi masyarakat luas.
“Saya ingat bahwa keraguan itu hanya bisa dijawab dengan kerja nyata dan prestasi masyarakat itu butuh rekam jejak,” katanya.
Di usianya yang tergolong muda, Reza juga mengaku tidak ragu untuk terlibat dan turun langsung di jagat politik tanah air.
Selain menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) NasDem di Sumedang, Reza juga sedang mempersiapkan diri menuju pencalonan legislatif DPR RI di Dapil SMS (Sumedang, Majalengka, Subang).
Wakil rektor termuda di Indonesia versi Good News From Indonesia ini mengaku bahwa dunia politik bukanlah dunia baru bagi dirinya.
Selain gemar menimba ilmu sebelumnya Reza juga pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diembannya saat mengambil kuliah S2 Hubungan Internasional UGM kajian diplomasi perdagangan dunia.
"Bukan dunia baru setidaknya untuk saya, ketika terlibat organisasi kan itu kita berpolitik," ujar Reza Zaki.
Lulusan S3 hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung ini pun mengakui jika pengalaman berpolitiknya dimulai dari organisasi kemahasiswaan yang panjang ditempuhnya.
"Waktu itu kami bahkan membuat perubahan di UGM, mengalahkan partai yang 13 tahun menang," ujar Reza.
Sosok aktivis muda ini berpesan agar anak muda tidak ragu apalagi alergi untuk bersentuhan dengan dunia politik, karena, menurut Reza lagi, bagaimanapun, anak muda merupakan generasi penerus yang mau tidak mau ikut menentukan jalannya peradaban negara.
Tokoh filantropi milenial versi Koran TEMPO ini pun meminta generasi muda untuk menghindari siapa pun yang sudah keluar dari jebakan politik dengan hanya menjadikan masyarakat dan anak muda sebagai objek dari pesta demokrasi.
“Kami percaya bahwa pemerintahan yang baik itu hanya lahir dari konsensus calon pemimpin dan rakyat yang baik. Jangan ada pengingkaran di antaranya jika kita menginginkan kehidupan yang lebih baik,” pungkasnya.(*)