Viktor: Indonesia Tidak Mengenal Pekik "Kafir"
JAKARTA (22 Januari): Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai NasDem DKI Jakarta Viktor B Laiskodat menegaskan semua agama punya hak yang sama di republik ini, sehingga tidak boleh ada pihak yang mengklaim dirinya paling benar dan mengafir-ngafirkan kelompok lain.
Viktor mengungkapkan hal itu ketika memberikan sambutan saat DPW Partai NasDem DKI Jakarta mengadakan perayaan Natal di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Minggu (22/1).
Sifat egaliter, menurut Viktor, harus dimiliki bangsa ini. Dengan egaliter, katanya, semua elemen di dalam masyarakat punya hak yang sama.
Konkretnya, menurut dia, tidak boleh ada pihak yang merasa dirinya paling benar, apalagi mengafir-ngafirkan pihak lain.
Di Indonesia, demikian Viktor, "kita hanya mengenal Jong Ambon, Jong Java, Jong Sumatera dan lain-lain. Semuanya menyatu ketika Sumpah Pemuda dideklarasikan. Tidak ada Jong Arab."
Sampai sedemikian jauh, masih menurut Viktor, di Indonesia tidak mengenal pekik kafir atau bukan kafir. "Kita hanya mengenal pekik merdeka atau mati," tegasnya.
Sebelumnya, Supiadin Aries Saputra, anggota DPRRI dari Fraksi NasDem mewakili Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengatakan, setelah Sumpah Pemuda, kebinekaan sudah selesai.
Dia menegaskan, NKRI harga mati. Di dalam NKRI, semua anggota keluarga bangsa Indonesia punya hak yang sama. Lewat Sumpah Pemuda tidak ada perbedaan lagi.
Oleh sebab itu, "saya tidak habis pikir mengapa orang muda sekarang ini justru membesar-besarkan perbedaan."
Supiadin mengingatkan, kalau perbedaan dibesar-besarkan akan melahirkan konflik horisontal.
Untuk itulah ia mengharapkan para kader Partai NasDem tetap konsisten dan teguh melakukan restorasi, yaitu mengembalikan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia.
Konkretnya, menurut dia, enam agama yang diakui negara, berhak hidup di Indonesia. "Tidak boleh ada agama yang merasa lebih berhak hidup di sini dan mengesampingkan agama yang lain."
NasDem, tegas Supiadin, harus menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan NKRI dengan cara restorasi, bukan revolusi.[]