Krisna Mukti Hadir di Tengah Masyarakat
JAKARTA (1 November): Ratusan warga yang terdiri dari orang dewasa, kakek, nenek, anak-anak dan remaja sore itu berkumpul di Dusun Slage, Desa Lebin Kecamatan Ropang, Kabuptaen Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Meski di tengah guyuran hujan, Direktorat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kementerian Sosial tetap melakukan serah terima fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), balai sosial dan bak penampungan air (tandon). Sumbangan tersebut merupakan hasil donasi pelanggan salah satu minimarket di Indonesia yang diberikan kepada 47 kepala keluarga (KK) di dusun tersebut.
Acara serah terima turut diramaikan oleh caleg NasDem Krisna Mukti. Keramian bertambah saat Krisna menyanyikan lagu Terajana. Krinsa yang juga anggota DPR periode 2014-2019 itu pun mengajak para hadiri berjoget dangdut Melayu.
Hadir di tengah-tengah kegiatan KAT yang terletak di daerah pelosok, bukanlah pertama kali bagi laki-laki kelahiran Jakarta itu. Sejak November 2012, calon anggota legislatif (caleg) dari dapil 10 Jawa Barat Partai NasDem itu sudah ditunjuk menjadi duta KAT.
"Saat ditawari menjadi duta KAT oleh Ratna Listy (Duta KAT) dan diberi gambaran tentang KAT, saya pun mau. Yang namanya kegiatan sosial ayolah," kata Krisna pekan lalu, di Sumbawa.
Tugas sebagai duta KAT itu mulai diembannya pada era Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri. Ia menjalani sesi wawancara dengan aktor berdarah Maluku, Harry de Fretes. Setelah dinyatakan lulus, Kemensos mengajaknya untuk melihat suku Korowai, salah satu komunitas adat terpencil di Papua.
"Seminggu saya di sana. Saya merasa exiceted," tandas Krisna.
Saat berinteraksi dengan suku Korowai yang berbatasan dengan Papua Nugini itu, ia sangat senang. Apalagi, ia juga berkesempatan melihat mereka berburu burung kasuari.
"Saya melihat ada little Afrika di Indonesia. Sebetulnya tidak usah diapa-apain mereka juga sudah baik-baik saja. Mereka punya sungai, ikan, ternak. Cuma teknologinya masih dasar. Itulah yang masih menjadi pekerjaan rumah kita bagaimana mengangkat derajat mereka. Saya bersyukur Allah memberi pekerjaan yang jauh dari dunia keartisan saya. Itu membuat saya terenyuh," tutur alumnus sastra Belanda Universitas Indonesia itu.
Pemain sinetron Anak-Anak Manusia (201-2014) dan Ganteng-Ganteng Srigala (2015) itu juga menceritakan pengalamannya saat mengunjungi daerah pemberdayaan KAT ke suku Bulungan di Kalimantan Utara, Sarolangun Jambi, Pulau Buru Maluku, dan lainnya.
"Kebanyakan saya pergi ke Papua. Tugas saya memotivasi. Sebabnya, mereka kadang merasa itu semua sudah takdirnya. Nah, tugas saya bagaimana mereka tidak rendah diri, menyadarkan mereka supaya bisa bangun, bangkit dan maju tanpa meninggalkan kearifan lokal mereka," jelas pemeran Wahyu dalam sinetron Aku Ingin Pulang itu.
Ia mengatakan kearifan lokal setempat harus tetap terjaga dalam membangun masyarakat di daerah KAT.
"Misalnya, kadang kita memaksa mereka tinggal di rumah yang atapnya seng sehingga panas. Padahal, mereka biasa tinggal di atap rumbai-rumbai yang adem. Jadi akhirnya rumah itu ditinggalkan juga."
Contohnya lagi, lanjut Krisna, suku Korowai dikasih baju, tetapi tidak diedukasi. "Jadi bra juga dipakai kaum laki-laki," ujarnya sambil tertawa.
Edukasi kesehatan, menurut putra dari pasangan Masodah dan RM Sukrisno itu juga penting. Pasalnya, banyak warga binaan KAT masih hidup dengan ternak peliharaan sehingga tidak sedikit yang terkena penyakit kulit.
Selama enam tahun menjadi duta KAT, Krisna mengaku turut menyosialisasi KAT ke pihak luar. Ia pun berpendapat masalah KAT tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Kemensos.
"Di DPR waktu duduk di komisi 10, 11, 9 juga saya bicara juga supaya DPR mengabulkan penambahan anggaran untuk KAT," pungkas pria yang suka traveling itu lagi. (*)