Terinspirasi Suami, Ary Egahni Maju ke Senayan
KAPUAS (14 November 2018) : Ary Egahni merupakan perempuan politisi yang cukup mempunyai pengaruh di Kalimantan Tengah khususnya Kabupaten Kapuas. Suaminya Ben Brahim S Bahat saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Kapuas periode kedua. Sebelumnya Ben adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Tengah.
Ary mengaku, sang suami telah memberinya inspirasi untuk maju mencalonkan diri sebagai wakil rakyat di Senayan. Kesabaran dan kegigihan sang suami dalam memajukan Kapuas membuat Ary ingin terlibat langsung di legislatif yang duduk dalam parlemen.
"Dalam lima tahun terakhir ikuti beliau, saya melihat bahwa cara mensejahterahkan masyarakat Kapuas hanyalah dengan masuk langsung di dalam pemerintahan," katanya.
Peluang Ary masuk ke Senayan pun tidak kecil. Ia memiliki aktivitas yang bersentuhan dengan massa pemilih di Kapuas. Ary aktif mengelola berbagai macam organisasi seperti Ketua Tim Penggerak PKK dan Bunda PAUD Kapuas. Di tahun 2015 kepeduliannya terhadap masyarakat mendapat apresiasi langsung dari Ibu Negara Iriana Jokowi.
"Saya memang sangat konsern untuk memotivasi masyarakat melalui pendidikan. Menurut saya satu-satunya cara memutus rantai kemiskinan adalah melalui pendidikan," paparnya.
Dari waktu ke waktu, Ary terus melakukan konsolidasi menjalin hubungan emosional dengan masyarakat Kalimantan Tengah. Ia memotivasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan. Masalah kemiskinan akan otomatis teratasi jika pemerintah bisa menjamin pendidkan dan kesehatan bagi setiap masyarakat.
"Saya selalu memotivasi mereka. Suami saya adalah anak seorang petani yang miskin. Namun karena pendidikan, saat ini suami saya bisa mengubah nasibnya," papar Ary.
Kabupaten Kapuas sendiri merupakan kabupaten terbesar di Kalteng. Ada 17 kecamatan, puluhan kelurahan, dan 214 desa.
Masyarakat Kabupaten Kapuas sejak turun temurun terbiasa membangun jamban di sekitar DAS. Melihat hal tersebut, hati Ary tergerak untuk memberikan pemahaman agar lebih peduli terhadap sanitasi dengan tidak lagi membangun jamban di tepi sungai.
"Bakat politik ialah melihat tantangan bukan sebagai ancaman melainkan sebagai seni yang bisa dilakukan dengan lebih baik," paparnya. (Uta/*)