Restorasi di Panggung Politik dan Dunia Pendidikan

Getting your Trinity Audio player ready...

Oleh : Yusadar Waruwu

“Arus perubahan hanya ada di panggung politik dan dunia pendidikan.

Politik dan pendidikan adalah jalan untuk mewujudkan

perubahan, Restorasi Indonesia”.

(Yusadar Waruwu)

Setiap tahun kita selalu dihadapkan pada peristiwa peringatan hari Pendidikan Nasional, tepatnya setiap tanggal dua bulan Mei. Saat itu kita akan teringat juga pada kiprah seorang tokoh nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan pelopor pendidikan yang menggagas dan mengembangkan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 pada masa-masa perjuangan melawan penjajah di tanah air.

Ki Hajar Dewantara juga dikenal dengan semboyannya yakni Ing Ngarso Sungtulodo, Ing Madya Mangunkarso, Tut Wuri Handayani yang artinya di depan sebagai teladan, di tengah sebagai pembimbing dan di belakang sebagai pendorong atau istilah lainnya adalah motivator. Dengan arti lain, guru atau pendidikan di depan harus mampu menjadi teladan dan contoh yang baik dalam bepikir, berkata dan bertindak. Di tengah-tengah masyarakat atau di antara murid guru atau pendidikan juga harus mampu menciptakan prakarsa atau gagasan-gagasan yang lebih baik dan di belakang guru atau pendidikan harus mampu menjadi pendorong yang menguatkan ke arah yang lebih baik.

Gagasan Ki Hajar Dewantara ini mengacu pada satu tujuan yakni bagaimana generasi bangsa ini dapat mengalami perubahan menjadi lebih baik lagi. Perubahan yang dapat meneguhkan karakter dan meningkatkan kualitas generasi bangsa. Tidak dapat dibayangkan, jika pada masa kolonialisme Belanda masih belum ada pendidikan-pendidikan yang tidak hanya memberikan sedikit manfaat dalam meraih kemerdekaan melawan penjajah. Melalui pendidikan saat itu para pelopor pendidikan mulai menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada masyarakat di berbagai pelosok tanah air. Dengan semangat nasionalisme dan patriotisme pergerakan pejuangan nasional menjadi semakin terfokus pada satu tujuan yakni medeka.

Baru beberapa tahun setelah lahirnya pergerakan Nasional di bidang pendidikan yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara, muncullah sebuah ide persatuan dan kesatuan yang menyatukan seluruh kekuatan pemuda di Indonesia yang dikenal dengan sumpah pemuda. Spirit perjuangan mulai bekobar, ‘Hidup atau mati’ adalah semboyan patriot, dan ‘medeka’, merupakan seruan paling heroik pada masa itu.

Berbagai fase perjuangan itu telah dihadapi oleh Indonesia, hingga pada akhirnya memproklamasikan kemerdekaan. Indonesia yang baru saja merdeka tentu dihadapkan pada banyak tantangan dan tanggung jawab yang lebih besar. Upaya memperkuat Indonesia di berbagai bidang harus terus ditingkatkan. Baik di bidang pertahanan, politik, ekonomi dan konstitusi yang mengatur kehidupan berbangsa. Dari berbagai fase yang telah dilewati ini juga, Indonesia semakin banyak mengalami perubahan.

Semua ini tidak akan mudah dihadapi oleh bangsa Indonesia jika tidak ada bekal pendidikan. Dalam konteks ini dapat kita ketahui bahwa pendidkan merupakan jalan menuju pada perubahan itu sendiri. Karena dalam proses pendidikan itu sendiri akan terjadi pembekalan dan diisi dengan ilmu pengetahuan dan pemikiran-pemikiran yang baru. Hal ini juga diungkapkan dalam Encyclopedia Americana mengatakan bahwa “pendidikan adalah suatu proses yang digunakan pada setiap individu untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan serta dapat mengembangkan keterampilan dan sikap”. Artinya dalam proses pendidikan itu akan terjadi perubahan yang besar. Seseorang akan mengalami perubahan dari satu titik ke titik yang jauh lebih baik dan bermanfaat, tentunya dalam bidang ilmu dan teknologi.

Tidak hanya pendidikan, hal lain yang dapat menciptakan arus perubahan besar adalah panggung politik. Secara umum pengertian politik adalah sebuah tahapan untuk membentuk dan membangun posisi kekuasaan dalam masyarakat untuk mengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Sedangkan menurut Robert, politik merupakan seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia. Ditambahkan juga oleh Joice Mitcel yang mendeskripsikan politik sebagai sarana pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum masyarakat seluruhnya. Dengan demikian proses politik akan menghadirkan perwakilan politik atau political representation untuk menciptakan kebijakan-kebijakan dan memberikan keputusan-keputusan politik yang bermanfaat kepada yang diwakilinya. Kebijakan-kebijakan yang mengatur itulah yang kemudian akan menciptakan sebuah perubahan di tengah-tengah masyarakat.

Perubahan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Perubahan itu secara terus menerus akan terjadi. Orang yang bertahan melawan perubahan, akan tergilas oleh arus perkembangan yang terus menerus berubah. Sebagaimana ditekankan oleh Presiden Joko Widodo bahwa “Perubahan itu begitu cepat, setiap detik, setiap menit, setiap waktu dan kita harus mengejar perubahan itu”.

Hanya saja perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang lebih baik, yang bisa memberikan sebuah makna yang besar dan dapat menjadi sebuah kereta emas yang bisa menghantarkan Indonesia menuju dunia “Res Publica” sebagaimana diharapkan oleh founding father bangsa ini Soekarno, yang artinya dimana Keselamatan dan Kesejahteraan menunggu seluruh bangsa, seluruh rakyat, dan seluruh Manusia Indonesia.

Dengan demikian perubahan yang baik tergantung pada proses berjalannya suatu pendidikan baik dan keputusan-keputusan politik yang baik pula. Karena politik dan pendidikan adalah jalannya sebuah perubahan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus secara terus-menerus ditingkatkan sumber dayanya. Apalagi menghadapi tantangan global yang semakin pesat, generasi harus betul-betul dipersiapkan agar mampu menghadapi setiap perubahan itu sendiri.

Demikian pula halnya politik. Political representation serta kebijakan yang merupakan produknya politik harus benar-benar menjadi kebijakan yang membawa perubahan dan dampak yang lebih baik kepada seluruh masyarakat atau konstituentnya perwakilan politik. Tentu untuk memastikan kebijakan politik di Indonesia akan bejalan lebih baik maka, setiap politisi atau elit politiknya harus dibenahi dengan sumber daya yang kuat, dan karakter yang kuat.

Pada peringatan hari pendidikan nasional tahun 2018 ini bertepatan juga pada hari ulang tahun yang pertama lembaga pendidikan Akademi Bela Negara (ABN) yang didirikan oleh sebuah lembaga partai politik yaitu Partai NasDem. Akademi Bela Negara di gagas oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh sabagai wadah untuk mengembangkan potensi dan karakter kader-kader Partai NasDem. Dengan berdirinya lembaga Akademi Bela Negara NasDem ini, diharapkan dapat melahirkan calon-calon pemimpin yang berkualitas, sesuai dengan visi nya ABN NasDem sendiri yakni melahirkan calon-calon pemimpin yang cerdas, militan dan terampil.

Dengan demikian Akademi Bela Negara NasDem akan menjadi wadah untuk memberikan distribusi yang besar dalam mendukung visi dan misi Partai NasDem dalam semboyan Restorasi Indonesia. Melalui lulusan Akademi Bela Negara NasDem generasi muda NasDem disiapkan menjadi asetnya Partai NasDem dalam melakukan gerakan-gerakan perubahan untuk merestorasi Indonesia. Dengan sinergisitasnya partai politik dan pendidikan dalam menyiapkan sumber daya yang baik maka, Indonesia ke depan akan mengalami perubahan-perubahan yang lebih baik.

Oleh : Yusadar Waruwu

Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Partai NasDem Kabupaten Nias

Alumnus ABN Angkatan I

Add Comment