NasDem Goes to UGM, Parpol-Kampus Perlu Sinergi
JAKARTA (27 Mei): Partai politik harus menyesuaikan diri dengan dinamika yang terjadi di tengah publik. Itu perlu ditempuh jika partai politik ingin tetap mempertahankan sinergi dengan civil society dan publik secara luas.
Hal tersebut dikemukakan anggota Komisi III DPR Akbar Faizal dari Fraksi Partai NasDem di depan mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP), Fisipol, UGM, Yogyakarta, Kamis (26/5), dalam agenda Fraksi Goes to Campus.
Agenda bulanan Media Center Fraksi Partai NasDem itu digelar di selasar barat Fisipol, UGM dengan mengambil tema “Partai Politik dan Civil Society".
Akbar menegaskan, tren kepercayaan publik terhadap partai, harus diakui menurun. Hasil survei pada Februari 2016 misalnya, menunjukkan tingkat kepercayaan kepada parpol hanya 39,2%, jauh di bawah tingkat kepercayaan terhadap KPK (79,6%) dan Kepresidenan (79,2%).
“Harusnya, parpol menjalankan pendidikan politik, menyerap dan menyampaikan aspirasi publik, serta merekrut anak-anak bangsa terbaik. Faktanya, fungsi itu tak berjalan optimal. Itu harus diakui, dan civitas kampus pun harus turut berupaya memperbaiki kondisi itu,” kata Akbar.
Peluang untuk melakukan sinergi antara partai politik, dunia kampus dan civil society itu, menurut Akbar, sangat mungkin. Misalnya dalam proses pencalonan Presiden Jokowi–JK pada 2014, menurut Akbar, parpol dan civil society bahu-membahu memenangkan kandidat.
Begitu juga dalam pencalonan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, Partai NasDem mendukung calon perseorangan yang didukung kelompok relawan.
“Kami sadar, praktik parpol saat ini perlu banyak koreksi. Tidak mungkin parpol terus menepuk dada, sementara ada gerakan publik yang relatif maju. Pilihannya, kami harus gabung dengan kelompok relawan yang mengusung politik alternatif sesuai aspirasi publik tersebut,” tegas Akbar.
Melengkapi Akbar, Mada Sukmajati dari Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, berpandangan, parpol dan civil society memiliki karakter yang sama, yakni sebagai penyalur aspirasi dan kepentingan publik.
Bedanya, parpol melakukan rekrutmen melalui mekanisme politik formal, sedangkan civil society di jalur politik nonformal. Perbedaan itu, menurutnya, bisa dipraktikkan secara sinergis dan saling melengkapi dalam kapasitas masing-masing. Parpol tetap tidak bisa dipaksakan berjalan seperti civil society, begitupun sebaliknya.
“Mari berpolitik lewat parpol maupun civil society, karena berwacana saja tidaklah cukup," ujarnya.
Ketua DPP Fisipol UGM Cornelis Lay menyampaikan apresiasinya atas agenda tersebut. Menurut dia, partai politik dan civitas kampus memang tidak seharusnya sibuk dengan diri sendiri, mengingat keduanya memiliki tugas besar mengawal proses demokrasi.
Cornelis juga menyampaikan bahwa kerja sama pertukaran pikiran dan pengalaman dengan NasDem itu akan diikuti kerja sama dengan parpol-parpol lain, dengan tujuan memperdalam pembelajaran politik bersama.*