Pemilih karena Kesamaan Agama Hanya 5%

JAKARTA (13 Oktober): Black Campaign atau Kampanye Negative yang mengungkit isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) DKI Jakarta rupanya tidak dipedulikan masyarakat Ibu Kota. Pemilih di Jakarta lebih melihat calon pemimpin berdasarkan visi, misi, serta program yang ditawarkan.

Hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Populi Center pada September lalu, masyarakat Jakarta yang memilih berdasarkan visi, misi, dan program kerja sebanyak 39,2%, kesukaan terhadap tokoh dan pasangan calon 29,8%, dan yang menyukai sifat dan gaya kepemimpinan pasangan calon 13,3%.

"Selanjutnya, yang memilih karena faktor kesamaan agama hanya 5%," ungkap Direktur Populi Center, Usep Ahyar, dalam diskusi bertajuk Kampanye Hitam dan Perilaku pemilih di DKI Jakarta, di Lantai 5 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (12/10).

Perubahan pilihan terhadap pasangan calon pun, kata Usep, mayoritas bukan karena ajakan tokoh agama atau tokoh masyarakat. Sebanyak 55,5% karena masalah korupsi, 19,2% karena visi dan misi, dan ajakan akibat keterkaitan identitas sosial 6,8%.

Ditambahkannya pula, dalam survei tersebut 49,8% masyarakat Jakarta tidak keberatan memiliki gubernur non muslim dan yang keberatan berada di kisaran 46%.

Dalam survei tersebut terungkap bahwa masyarakat di Jakarta tidak memedulikan kegaduhan kampanye hitam yang menyerang SARA melalui media sosial. Hal ini disebabkan oleh media sosial hanya dipercaya 7,2% masyarakat. Pemilih lebih mempercayai iklan TV sebanyak 68,2%

"Masyarakat tahu persis kampanye hitam di media sosial sumbernya tidak bisa dipertanggungjawabkan, fakta yang tidak jelas," tukas Usep, seperti dilansir dari mediaindonesia.com.

Dari hasil survei itu terlihat bahwa masyarakat Jakarta merupakan pemilih rasional yang tidak mudah dihasut isu SARA.

"Kampanye hitam dipahami oleh masyarakat sebagai cara kotor untuk menyerang lawan politik tanpa fakta yang jelas," tegasnya.(*)

Add Comment