Fadholi: NasDem Inisiasi Gerakan Pupuk Mandiri

JAKARTA (19 Oktober): 40% penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani, sekaligus mencatatkan diri sebagai sektor yang padat karya karena menyedot tenaga kerja dalam jumlah yang masif. Meski dibayang-bayangi menyusutnya minat angkatan muda terhadap pertanian, sektor pertanian masih tetap jadi andalan bagi konsumsi pangan yang tinggi.

Namun karena sifatnya yang masif membuat sektor ini menyimpan risiko cukup besar. Sektor ini sangat rentan terhadap berubahnya kebijakan politik. Saking rentannya, berbagai kebutuhan seperti pupuk sampai harus disubsidi oleh pemerintah. Tidak tanggung-tanggung, angka subsidi untuk pupuk tahun 2016 mencapai Rp 31 triliun. Angka yang cukup besar sehingga mengundang para “penyamun”.

Menyikapi hal itu, anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI Fadholi merasa, sudah saatnya menginisiasi gerakan pupuk mandiri oleh petani. Dia menyatakan, NasDem menjadi yang terdepan dalam menggagas dan menggalakkan gerakan pupuk mandiri di berbagai daerah.

Hal ini ia buktikan di daerah pemilihannya Kendal, Jawa Tengah, yang sudah melahirkan empat kelompok tani yang berhasil memproduksi pupuk mandiri organik. Bukan hanya untuk konsumsi kelompok taninya, tapi pupuk mandiri organik tersebut sudah dijualnya sampai Nusa Tenggara Timur.

“Ada dua produk yang menjadi andalannya yakni Pupuk Power Pop dan Super Power. Bahkan kelompok tani tersebut sudah diundang ke berbagai daerah untuk menjadi tutor bagi petani di daerah lain” ucap Fadholi, Selasa (18/10).

Pupuk mandiri organik, menurut Kapoksi NasDem Komisi IV ini, merupakan jawaban dari berbagai persoalan terkait pupuk. Setidaknya petani tidak akan dipusingkan dengan suplai pupuk yang terlambat datang atau harga yang mencekik para petani. Belum lagi ketika petani harus berhutang jutaan rupiah kepada pedagang pupuk karena uangnya habis untuk kebutuhan hidup.

Melihat petani di bawah pendampingannya berhasil, Fadholi merasa sangat senang. Terlebih petani yang ia damping memiliki kemauan yang keras untuk menciptakan sebuah formulasi pupuk organik yang bahan bakunya bisa ditemukan di alam, bukan bahan sintetis kimiawi. Hal ini sama seperti yang diimpikan oleh NasDem di mana petani mampu berdikari dan tidak tergantung kepada pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan bertani.

Kisah sukses ini ia harapkan bisa ditiru oleh selutuh petani yang ada di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah bisa berkontribusi untuk menggalakan pupuk mandiri organic dengan menyediakan peralatan dan fasilitas pendukung pembuatan pupuk.

“Masyarakat kalau sudah dibantu fasilitasnya akan mandiri dengan sendirinya, biar petani yang menggarap kerja teknisnya dan pemerintah membantu dalam alat dan fasilitas lainnya,” tuturnya, seperti dilansir dari fraksinasdem.org.

Dengan budaya pupuk organik, subsidi pupuk hingga triliunan rupiah tersebut bisa dialihkan untuk hal yang lebih bernilai ekonomis lainnya. “Contohnya adalah mensubsidi harga beras di mana pemerintah membeli dengan harga yang lebih tinggi dan menjualnya kepada masyarakat dengan harga yang lebih murah,” ucap Fadholi mengakhiri.(*)

Add Comment