Pesan Damai di Pawai Bhinneka Tunggal Ika
JAKARTA (19 November): Nuansa Merah Putih mendominasi peserta pawai damai Bhinneka Tunggal Ika yang dipusatkan di Patung Kuda, kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (19/11).
Belasan ribu peserta pawai damai yang datang berbagai daerah di sekitar Jabodetabek meneriakan yel-yel persatuan dan kesatuan, kebersamaan, toleransi dan perdamaian. Lagu-lagu yang dikumandangkan dari atas panggung pun lagu-lagu perjuangan yang heroik melukiskan kebersamaan.
Doa bersama berbagai agama yang dipimpin masing-masing pemimpin agama menunjukkan NKRI memiliki banyak agama dan kepercayaan. Kesenian dan lagu-lagu daerah, tarian serta pakaian-pakaian daerah ditampilkan mewarnai Nusantara yang kaya akan budaya. Kebhinekaan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, karena itu harus dijaga.
Spanduk yang dibawa masing-masing kelompok senada menegaskan tentang NKRI, kebersamaan, tak kenal perbedaan agama, etnis serta pesan-pesan perdamaian.
Lagu ‘Rumah Kita’ dinyanyikan secara ramai dan semarak oleh peserta, menunjukkan massa merindukan ‘rumah yang satu’ dan damai karena segala anugerah Yang Kuasa, semuanya ada di “Rumah Kita”. Sedangkan lagu daerah Gemu Famire, menyedot peserta menari di bawah panas matahari yang terik.
Ada tiga seruan yang dikumandangkan dalam pawai damai tersebut. Yakni menjaga dan mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mempertahankan pemerintahan yang terpilih secara konstitusional, dan penegakan hukum yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun termasuk bersikap tegas kepada siapapun yang dengan sengaja menyiarkan kebencian yang berpotensi memecah belah bangsa.
Pawai damai Bhinneka Tunggal Ika tersebut tidak menyedot polisi dan TNI untuk berjaga secara berlebihan. Bahkan polisi hanya duduk santai dan berbincang dengan massa dan melayani permintaan massa untuk foto bersama.
Pawai damai semula direncakan bergerak dari Patung Kuda menuju Bundaran Hotel Indonesia. Namun atas saran petugas keamanan, pawai damai tersebut bergerak melewat Jalan Medan Merdeka Selatan ke arah patung Pak Tani kemudian kembali lagi ke Patung Kuda.
‘’Kita ini negara hukum. Jadi kita ikuti saran petugas keamanan. Bapak ibu kecewa?’’ tanya seorang pemandu dari atas panggung yang dijawab: tidakkkkk’.
Massa pun kemudian bergerak mengikuti pawai sambil bergandengan tangan. Tarian-tarian dan lagu-lagu daerah terus mengiringi pawai tersebut. Benar-benar sebuah pawai damai Bhinneka Tunggal Ika.*