a

Saatnya Silent Majority Bersuara

Saatnya Silent Majority Bersuara

JAKARTA (10 Januari): Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri meminta  masyarakat yang cinta Pancasila untuk tidak diam ketika ada pihak yang menggoyang dasar negara itu. Silent majority diminta untuk bersuara.

"Kita tidak perlu reaksioner, tetapi sudah saatnya silent majority bersuara dan menggalang kekuatan bersama. Saya percaya mayoritas rakyat Indonesia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika," kata Megawati dalam pidato politiknya di HUT ke-44 PDIP di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (10/1).

Acara HUT PDIP itu dihadiri Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, pimpinan partai politik antara lain Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang, elite PPP Djan Faridz dan Romahurmuziy, Ketua Umum PKPI AM Hendropriyono, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, serta Sekjen Partai Golkar Idrus Marham serta para menteri.

Mega mengajak masyarakat membuktikan kepada dunia bahwa Pancasila mampu menjaga keberagaman. Juga sebagai kekuatan untuk membangun kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan.

"Bangsa ini sedang berada dalam struggle to survive, dalam perjuangan untuk bertahan. Baik bertahan secara fisik dan mental, bertahan agar tetap hidup, secara badaniah dan mental," ucapnya.

Megawati menjelaskan, tantangan di depan mata saat ini dapat dihadapi dengan kekuatan gotong royong sebagai kepribadian bangsa. "Berderaplah terus menuju fajar kemenangan sebagai bangsa yang sejati-jatinya merdeka," ujarnya.

Sebelumnya Mega mengatakan Pancasila bukan ideologi yang dipaksakan oleh Bung Karno atau pendiri bangsa lainnya. Pancasila lahir dari nilai-nilai, norma, tradisi dan cita-cita bangsa Indonesia sejak masa lalu.

Pancasila berisi prinsip dasar. Selanjutnya diterjemahkan dalam konstitusi UUD 1945 yang menjadi penuntun sekaligus rambu dalam membuat norma-norma sosial politik.

"Produk kebijakan politik pun tidak boleh bersifat apriori. Bahkan harus merupakan keputusan demokratis berdasarkan musyawarah mufakat," terangnya.

Pancasila sebagai jiwa bangsa, jelas Mega, tidak memiliki sifat totaliter dan tidak boleh digunakan sebagai stempel legitimasi kekuasaan. Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan mampu menjadi “leadstar”, bintang penuntun dan penerang, bagi bangsa Indonesia.

Pada bagian lain Megawati memastikan partainya terus mengawal pemerintahan. Kalau ada yang coba mengganggu pemerintah, Megawati akan menurunkan kadernya untuk membela.

"Kalau ada yang macam-macam bilang ke kami. Anak-anak saya banyak loh, mereka siap turun," kata Megawati kepada Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.

Secara khusus Megawati mengucapkan terima kasih kepada kader setia PDIP dan menyebut sejumlah nama secara khusus yakni Jacob Nuwa Wea, Alexander Litaay, dan Mangara Siahaan.

"Izinkan saya memberikan penghormatan dan penghargaan sebesar-besarnya kepada antara lain Bapak Jacob Nuwa Wea, Bapak Alexander Litaay, dan Bapak Mangara Siahaan dan masih banyak yang lain, yang tidak bisa saya sebut satu-persatu. Mereka sudah menghadap Yang Khalik sebagai pejuang partai," kata Megawati.

Megawati  juga bersyukur karena pada 1 Juni 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Terima kasih Bapak Presiden. Artinya secara resmi, Negara mengakui bahwa Pancasila 1 Juni 1945 sebagai ideologi Bangsa Indonesia," tegas dia.
Sedangkan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengungpkan posisi Indonesia saat ini serta tantangan-tantangan yang ada, kemudian kebijakan-kebijakan yang telah diambil.

Mengenai pertumbuhan ekonomi,  Presiden mengatakan pada tahun 2016 triwulan II ekonomi tumbuh 5,18%.  Kemudian pada triwulan ketiga, turun sedikit menjadi 5,02% dan berharap tahun ini ekonomi akan tumbuh paling tidak minimal 5,1%.

Tapi kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, kata Presiden angka itu membanggakan. Kalau di negara-negara G20, Indonesia kita pada angka nomor tiga.

‘’Saya kira sebuah angka yang patut kita banggakan, karena dalam perlambatan ekonomi dunia yang sangat berat sekarang ini, angka sebuah angka sangat baik,’’ kata Presiden lagi.

Mengenai tantangan yang berat sekarang ini adalah ketimpangan, kesenjangan. Ketimpangan antara kaya dan miskin, serta ketimpangan antarwilayah.*

 

 

Add Comment