Peran Kaum Muda di Ruang Demokrasi
BELOPA, SULSEL (19 April): Terorisme, Korupsi, Narkoba dan Intoleran masih menjadi masalah besar bangsa ini. Soal narkoba masih menjadi alat bangsa lain untuk melemahkan Indonesia, sehingga jika kita lemah akan mudah dikuasai.
Hal demikian disampaikan M.Rajab, Anggota DPRD Sulawesi Selatan dari Fraksi NasDem, saat mengikuti Dialog Kepemudaan yang mengambil tajuk ‘Peran Kaum Muda dalam Ruang Demokrasi’ Selasa, (18/04).
Acara yang digelar Zidane School Luwu bekerja sama dengan MR Center dan DBattos Foundation itu menghadirkan juga Syamsul Alam, Anggota KPU Kota Palopo dan Ashar Sabry sebagai moderator.
Pemuda itu masa yang sedang mengalami perkembangan menuju kematangan. Berlangsungnya perubahan untuk menemukan bentuknya yang ideal, maka selalu identik dengan optimisme, dinamis dan semangat.
"Setidaknya tiga fungsi penting yang dimiliki oleh kaum muda dalam mengambil peran perbaikan keadaan masyarakat. Kekuatan pemuda harus menjadi kontrol sosial. Situasi yang timpang, kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat menjadi hal yang harus diawasi oleh kaum muda. Menjadi agen perubahan sosial merupakan peran yang sangat vital. Kaum harus hadir untuk menggerakkan perubahan masyarakatnya menjadi lebih baik" Ungkap M. Rajab yang juga manta Ketua KPU Luwu Utara.
Legislator Partai NasDem itu juga mengingatkan masalah bangsa Indonesia hari ini dan juga ke depan. Masalah itu sudah hadir saat ini dan juga akan semakin besar pada masa yang akan datang jika tidak ada upaya mengantisipasi saat ini, seperti Terorisme, Korupsi, Narkoba dan Intoleransi.
Sementara itu Ashar Sabry, pengelola Zidane School menyatakan, dialog kepemudaan ini bagian dari upaya untuk merevitalisasi kembali peran pemuda dalam ruang demokrasi. Pemuda kerap tergiring oleh kebiasaan buruk warisan lama yang sesungguhnya menjadi alasan reformasi itu dijalankan. Terutama kebiasaan buruk dalam ruang demokrasi.
"Pemuda baik yang telah mendapat kesempatan dalam struktur pemerintahan maupun yang masih di luar struktur pemerintahan kerap terjebak pada kebiasaan lama yang sesungguhnya menjadi alasan reformasi 1998 digerakkan. Mempersiapkan pemuda dengan mentalitas yang tangguh itu menjadi keharusan untuk masa depan bangsa yang lebih baik," ungkap Ashar.
Sedangkan Syamsul Alam mengingatkan soal konsolidasi demokrasi menuju kenatangan.
"Saat ini kita masih dalam tahap konsolidasi demokrasi. Kita tidak bisa memprediksikan entah sampai kapan, yang pasti memang membutuhkan waktu" ungkapnya.(*)