a

Seharusnya Indonesia Sudah Lebih Dewasa dan Mandiri

Seharusnya Indonesia Sudah Lebih Dewasa dan Mandiri

Oleh Yusadar Waruwu, S.Pd.

Mahasiswa ABN Utusan NasDem Sumut

Salam Restorasi. Sahabat-sahabat ku se-bangsa dan se-tanah Air. Kemarin, kita telah merayakan kembali Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kita akan diingatkan kembali dengan peristiwa sejarah lahirnya sebuah bangsa yang berdaulat, yaitu Bangsa Indonesia. Saya tidak perlu ulas kembali bagaimana beratnya sebuah perjuangan demi Indonesia, sebab kita semua sudah tahu berkat kegigihan dan kerja keras para Pahlawan pendahulu kita, 72 Tahun yang lalu kedaulatan itu telah berhasil direbut dari tangan para penjajah.

Bukan hal yang mudah, perjuangan para pahlawan kita yang rela mempertaruhkan segala sesuatunya bahkan nyawa, demi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pasca kemerdekaan, upaya-upaya pembelaan terhadap negara tidak pernah berhenti sampai di situ. Secara utuh, Indonesia memang telah berdaulat namun,  Indonesia terus meningkatkan pertahanan Nasional dengan membentuk lembaga Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Lembaga Kepolisian.

Bukan lagi usia yang mudah,  umur yang 72 tahun sebenarnya Indonesia sudah mampu mendiri secara ekonomi sosial dan politik. Diumur yang cukup dewasa ini  Indonesia seharusnya sudah mampu bersanding dengan negara-negara lain.

Banyaknya potensi-potensi yang dimiliki Indonesia adalah harapan bagi bangsa Indonesia untuk bersaing secara global. Kekayaan sumber daya alam dan budaya yang beragam dapat menjadi modal utama kita untuk mewujudkan cita-cita para leluhur kita yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni menjamin kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Ada banyak potensi-potensi lain yang dimiliki Indonesia yang sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat, sehingga Indonesia ke depan mampu mensejajarkan diri dengan negara-negara lain. Namun pada kenyataannya, Indonesia masih termasuk dalam kategori negara berkembang. Hal ini dibuktikan dengan  tingkat pendidikan yang masih rendah, penghasilan per kapita masih rendah, tingkat kesehatan yang masih rendah, sistem perekonomian yang masih bergantung dari luar atau perekonomian masih bersistem tradisional, ditambahnya dengan peningkatan angka pengangguran yang semakin tinggi, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang minim.  Hal ini dibuktikan dengan daftar nama negara berkembang dunia tahun 2017 yang dirilis oleh antarapostcom.

Pada posisi seperti ini Indonesia sebagai negara berkembang di Asia masih berada di bawah India yang menempati nomor urut 15.  Sedangkan Brunei Darrusalam menempati posisi nomor urut 11 yang jaraknya lebih jauh dari Indonesia yang masih menempati nomor urut 16. Lantas mengapa Indonesia seperti masih lamban untuk bergerak menuju kedewasaannya?

Sebenarnya sumber daya manusia di Indonesia tidak boleh diragukan. Ada banyak para cendekiawan bangsa Indonesia yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi. Salah satunya Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang politisi dan ilmuwan. Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi.

Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto. Selain ada banyak para cendekiawan lain yang telah menunjukan kemampuan nya dan mengharumkan nama baik dari Negara Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa, ada banyak putra-putri bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan warga negara lain dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara politik juga, ada banyak tokoh nasional yang memiliki pengaruh yang besar dalam dunia perpolitikan.

Satu hal yang menjadi hambatan lambannya pergerakan perkembangan Indonesia sampai saat ini menurut sudut pandang saya adalah belum mampu Indonesia melawan dirinya sendiri. Soekarno pernah berkata bahwa ‘perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri’.

Dapat kita renungkan bagaimana Indonesia saat ini sesungguhnya sedang dihadapkan pada perang melawan dirinya sendiri. selain melawan Ideologinya sendiri, perpolitikan yang saling mencari celah untuk menjatuhkan. Hal ini dibuktikan dengan mulai munculnya ideologi-ideologi baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bahkan beberapa riset mengemukakan terdapat sebagian kecil masyarakat yang tidak sepaham dengan Pancasila.

Kita juga bisa melirik kebelakang, bagaimana sistem perpolitikan di Indonesia sejak rezim orde lama, orde baru dan hingga era reformasi sangat jauh berbeda dengan sistem politik Indonesia pada zaman kolonial.

Perpolitikan bangsa Indonesia pada zaman kolonial rakyat mau dan mampu untuk saling bersatu, bahu membahu dan saling membangun untuk merebut kemerdekaan. Sementara, pada pasca kemerdekaan hingga saat ini system perpolitikan di Indonesia disibukkan dengan perebutan kekuasaan dan kepentingan, baik kepentingan kelompok maupun kepentingan individu.

Hal yang sangat memprihatinkan lagi ketika para elit politik itu sendiri saling menjatuhkan untuk merebut kekuasaan, dan akhirnya lupa dengan tugas dan kewajiban yang sesungguhnya yaitu untuk menciptakan manusia Indonesia yang kesejahteraan dan kemakmuran, menciptakan kemajuan di bidang ilmu dan teknologi, dan membawa perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik secara moral dan etika.

Perlu kita akui bahwa potensi-potensi yang mereka miliki maupun ilmu dalam berpolitik memang cukup mumpuni. Namun, disisi lain realitas dari out put yang terjadi bukan membawa Perubahan yang bisa menciptakan bangsa semakin mandiri, justru membawa kegelisahan bagi bangsa Indonesia sendiri.

ABN Jawaban Restorasi Indonesia
Bertepatan pada usia Bangsa Indonesia yang ke 72 tahun ini, Partai NasDem telah menciptakan sebuah wadah pendidikan kader politik yang dinamakan Akademi Bela Negara (ABN). Sekolah pendidikan politik ini diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Juli 2017.

Menurut saya ABN sangat tepat dihadirkan untuk menjadi solusi dari setiap persoalan bangsa Indonesia saat ini. Sebab, selama proses pendidikan, kader akan dilatih menjadi sosok pemimpin yang berpotensi dan berkarakter. Secara intelektual kader harus memiliki wawasan dan gagasan yang kuat serta cerdas dalam berpikir, bertutur dan bertindak. Tak kalah penting juga adalah pembentukan karakter setiap mahasiswa. Pembentukan karakter akan menciptakan kepribadian setiap kader, yang bermoral dan berakhlak.

Saya percaya, dengan kehadiran kader-kader baru dari ABN, kelak akan menjadi sebuah harapan baru untuk Indonesia, sebab secara karakter kader-kader telah terdidik dan terlatih melalui proses penerapan kedisiplinan dan pendalaman nilai-nilai moralitas dan budi pekerti. Indonesia belum putus harapan untuk meraih cita-cita dan masa depan yang gemilang, harapan baru akan tiba dan tunas-tunas baru akan segera dilahirkan dari Akademi Bela Negara produk Partai NasDem ini.

Semoga pada usia yang ke-72 yahun ini, saya berharap Indonesia semakin kokoh dan kuat atas dasar-dasar dan ideologi yang kuat yaitu Pancasila. Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam Kebinekaan.

Semoga rakyat Indonesia tersadar bahwa usia Bangsa Indonesia sudah semakin dewasa, maka perlu pendewasaan kualitas dan kemandirian Indonesia.

Yusadar Waruwu, S.Pd.
Ketua DPC Partai NasDem Kecamatan Somolo-Molo, Kabupaten Nias-Sumatera Utara.
Koordinator Wilayah Mahasiswa Akademi Bela Negara Provinsi Sumatera Utara.

Add Comment