Kursi Berduri Menteri
ENGGARTIASTO Lukita, tak hanya pandai mengurus perdagangan, tetapi juga piawai berpuisi. Menteri Perdagangan yang baru satu tahun menjabat itu, menulis puisi yang kemudian dibacakannya pada puncak Hari Puisi Indonesia 2017 di Gedung Graha Budaya,Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Rabu (4/10).
Melalui puisi berjudul ‘Kursi Berduri Menteri’, Enggar menyindir para spekulan yang dinilainya telah membuatnya tak nyaman duduk di kursi menteri. Politisi Partai NasDem kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu seakan mengirim sinyal akan ‘berperang’ melawan para spekulan.
‘’Aku pembantu presiden, aku katakan jika kalian ingin bermain api, aku siapkan air seluas samudera
Kalau kalian ingin untung sendiri, aku pastikan kalian buntung pada waktunya,’’ begitu Enggar, 65, mengirim pesan lewat puisi.
Puisi Enggar juga mengundang riuh penonton. ‘’Apa gunanya harga pangan naik tetapi petani tercekik
Apa gunanya stok melimpah tetapi pembeli gelisah
Lalu aku bertanya pada diri sendiri, apa gunanya aku jadi menteri jika tak mampu membantu presiden mensejahterakan anak negeri.’’
Simak selengkapnya puisi Enggar:
Kursi Berduri Menteri
Apa gunanya harga pangan naik tetapi petani tercekik
Apa gunanya stok melimpah tetapi pembeli gelisah
Lalu aku bertanya pada diri sendiri, apa gunanya aku jadi menteri jika tak mampu membantu presiden mensejahterakan anak negeri
Kursi empuk jadi sandaran Berduri tak kuasa ku duduki
Ini adalah tugas Mulia memastikan petani riang gembira bercocok tanam, berdagang, tersenyum ramah tanpa mengelabui, dan pembeli ceria tanpa curiga
Ini adalah keadilan sosial memastikan berkah melimpah dari pelosok Desa hingga kota
Tikus-tikus akan selalu ada di sawah, di ladang, di pasar hingga sudut-sudut sempit rumah kita
Dia tidak mungkin dihilangkan tetapi bukan tidak bisa dikendalikan
Aku berbicara atas nama Pancasila
Aku berseru demi keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia
Bagi mereka yang tak juga mau bertobat, tersimpan khianat untuk amanat penderitaan rakyat
Aku pembantu presiden, aku katakan jika kalian ingin bermain api, aku siapkan air seluas samudera
Kalau kalian ingin untung sendiri, aku pastikan kalian buntung pada waktunya
Jika kalian masih jadikan pangan untuk alat spekulasi, maka operasi-operasi kami akan jadikan hidup kalian tidak pasti
Kalau kalian tak sudi mendengar suaraku, maka pasar akan mengusir kalian dengan caranya sendiri
Ini adalah tugas mulia walau tak mudah melaksanakannya
Kursiku masih bersandarkan duri
Aku akan tetap berdiri dan bahkan berlari untuk mewujudkan harapan, dan cita-cita anak negeri adalah kerja, kerja, kerja, kerja terus tanpa henti.**