Angka Golput Bisa Jadi Penentu

JAKARTA (20 Februari): Jumlah Golongan Putih (Golput) atau tidak memilih pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu mencapai 22,9%. Jumlah itu lebih tinggi dari suara yang diperoleh pasangan nomor urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang hanya 17,06% atau 936.461 suara.

Jumlah golput sangat potensial bagi pasangan calon yang lolos ke putaran kedua untuk memenangkan Pilkada DKI tahun ini. Berdasarkan hasil perhitungan real suara di tingkat TPS atau form C1, kemungkinan putaran kedua Pilkada DKI diikuti Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

"golput"

Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz memperkirakan, tingginya angka golput saat pemilihan suara Pilkada DKI Rabu 15 Februari karena kurang yakin dengan para calon.

"Makanya, dalam masa kampanye putaran kedua berikutnya, pasangan calon yang lolos perlu lebih kuat menajamkan visi, misi, dan programnya untuk meyakinkan pemilih golput ini," kata Hafidz seperti dilnsir dari Antara, Senin (20/02).

Hafidz menilai keputusan masyarakat Jakarta menjatuhkan pilihannya ke salah satu pasangan calon tidak hanya berdasarkan koalisi partai pendukung. Bisa jadi pertimbangan bahwa perolehan suara pasangan calon tidak selalu berbanding lurus dengan perolehan partai politik koalisi.

Sebagai contoh, perolehan suara Agus-Sylvi di Jakarta sebesar 936.461. Padahal di Jakarta, partai pendukung pasangan ini, yakni Demokrat, PKB, PPP dan PAN, total memperoleh 1.246.069.

Menurut Hafidz, hal ini menunjukkan bahwa pertimbangan dalam memilih berdasarkan banyak faktor. Sehingga keputusan pasangan calon untuk menarik dukungan dari golput patut diperhatikan.

"Meyakinkan masyarakat agar datang ke TPS untuk membuktikan pilihannya jauh lebih mudah daripada berusaha mengubah pilihan sebelumnya," kata Hafidz.(*)

Add Comment