Rachmad Gobel Tindaklanjuti Aspirasi Kelompok Tani Gorontalo

GORONTALO (8 Januari): Rumah Perjuangan Rachmad Gobel menindaklanjuti aspirasi dan keluhan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Damai Sejahtera, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Hal itu sebagai langkah Wakil Ketua DPR RI  Rachmad Gobel memperjuangkan aspirasi dan mendengarkan suara masyarakat di dapilnya.

Chief Executive Office Rumah Perjuangan Rachmad Gobel, Ridwan Monoarfa mengatakan pertemuan dengan para pertani, ditujukan untuk menyerap permasalahan yang dihadapi petani supaya mendapatkan penyelesaian masalah yang konkret dari pemerintah.

"Pertemuan ini tidak sebatas berakhir pada dialog. Rumah Perjuangan Rachmad Gobel bersama tim tenaga ahli internal akan mengkaji dan merumuskan program aksi. Hasilnya sebagai rekomendasi Pak Rachmad Gobel kepada kementerian terkait melalui DPR RI," jelas Ridwan, saat berdialog dengan kelompok petani, Rabu (8/1).

Aduan itu dimulai pada Sabtu (4/1). Gapoktan Damai Sejahtera mengadukan tentang kondisi dan kesulitan mereka. Termasuk kondisi alam sampai saat ini di Kecamatan Mootilango dalam dua tahun terakhir mengalami kesulitan air. Ribuan hektar sawah mengering, akibat kemarau panjang yang melanda seluruh wilayah Provinsi Gorontalo. Atas hal itu para petani harus beralih lahan menanam jagung pada areal persawahannya.

“Kalau beras kami bisa menjualnya ke penampung hingga Rp7.000per kilo. Sedangkan jagung hanya Rp2.000 sd Rp2.700 perkilo. Sebetulnya kami rugi  karena hasil produksi jagung sedikit lantaran luas lahan sawah kecil”, ungkap Judan Tolinggi, petani sawah asal Desa Payu,  anggota Gapoktan Damai Sejahtera.

Dia menambahkan, tingginya biaya pengolahan lahan, biaya pembelian pupuk dan obat-obatan pertanian, menyebabkan hasil produksi panen menjadi rendah. Kondisi itu juga diperparah dengan harga pembelian yang dipatok rendah oleh para pedagang pengumpul lokal.

“Saat musim tanam tiba, harga pupuk, benih, dan obat-obatan semuanya naik. Sementara saat musim panen, harga jagung  diambil dengan harga yang rendah,” kata Ais Luawo, petani asalah Desa Payu.

Petani berharap,  pemerintah bisa memikirkan upaya meningkatkan harga jual jagung produksi petani, dengan menghadirkan industri yang membutuhkan komoditi jagung. Kehadiran industri tersebut, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani melalui konsep kerja sama plasma inti petani.

Tidak hanya hal tersebut. Penyaluran bantuan benih jagung kepada petani saat musim tanam awal tahun juga menyisakan masalah. Petani merasa ada diskriminasi dalam penyaluran benih yang didapatkan antara kelompok tani satu dengan yang lainnya. 

“Kelompok lain mendapat benih Bisi 18 yang hasilnya jauh lebih baik, dibandingkan benih Bima yang kami terima," ungkap Yunus.

Petani berharap pemerintah menyeragamkan varietas benih bantuan yang disalurkan kepada petani.

“Kami bersyukur, karena  pemerintah sudah memberikan bantuan. Tapi bantuan yang diberikan jangan menjadikan petani sebagai kelinci percobaan dari pengembangan varietas yang dilakukan oleh penangkar benih,” pungkasnya.(BA/*)

Add Comment