Hindari Kesimpangsiuran Distribusi Vaksin
BANDUNG (8 November): Program penyuntikan vaksin Covid-19 disebut menjadi harapan terakhir penanganan pandemi yang berpengaruh pemulihan ekonomi di Indonesia. Pada kuartal III-2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi minus 3,49%, lebih baik dari kuartal II-2020 yang minus 5,32%.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan, mengatakan, mitigasi ekonomi Indonesia dengan vaksin Covid-19 pada akhir tahun ini menjadi sebuah keniscayaan sebagai mitigasi dalam pandemi.
"Kondisi ekonomi kita memang menunjukan beberapa indikator yang mengkhawatirkan. Puncaknya tentu pada pertumbuhan ekonomi nasional yang kembali mengalami pertumbuhan negatif di kuartal ketiga 2020. Namun memang ada beberapa indikasi yang dikenal umum yang menunjukkan angka menggembirakan, seperti surplus perdagangan internasional, IHSG yang trennya kembali naik dan penguatan nilai tukar rupiah di pasar uang. Namun secara umum perekonomian kita masih rentan (volatile)," ujar Farhan di Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/11).
Legislator NasDem itu menuturkan, kesiapan vaksinasi harus benar-benar tanpa cacat dan memberi kepastian layanan bagi masyarakat terutama kelas kurang mampu. Jangan sampai langkah vaksin ini buru – buru dan sekadar angin segar bagi masyarakat.
"Vaksin ini bukan obat ajaib seperti di film Hollywood. Kita harus memperhatikan masalah pelatihan dan pengadaan alat suntik dan penyertaannya untuk vaksinasi, distribusi dan logistik vaksin sampai ke seluruh pelosok Indonesia," anggota Fraksi NasDem DPR RI tersebut.
Masih menurut Farhan, distribusi vaksin dari pemerintah hingga ke tangan warga harus dikawal ketat dan semaksimal mungkin tidak ada kesimpang siuran.
"Harapan terhadap vaksin memang tinggi. Dengan komitmen kuat dari tiga perusahaan Tiongkok dan kesediaan lembaga penelitian di Inggris untuk pengembangan dan produksi vaksin Covid-19, maka wajar jika vaksin ini menjanjikan penyelesaian," ujarnya.
Teknis distribusi dinilai akan menjadi problem yang akan membuat vaksin itu tidak akan menjadi solusi utama, terutama dalam hubungannya dengan kebangkitan ekonomi.
"Maka kami harapkan agar Menkes tidak membuat kesalahan dalam penanganan vaksin Covid 19. Menkes Terawan harus membuktikan itu! Karena kerja besar Menteri BUMN, Erick Thohir dan ibu Menlu akan percuma jika Kemenkes gagal jadi agen vaksinasi yang efektif," kata wakil rakyat dari dapil Jawa Barat I (Kota Bandung, Kota Cimahi) itu.
Penekanan kepada Menkes dinilai perlu sebagai bentuk apresiasi kerja keras Menteri BUMN dan Bio Farma.
"Kerja kompak Menteri Erick Thohir dengan Menlu Retno berhasil membuka komitmen internasional untuk memastikan suplai vaksin bagi Indonesia. Sementara itu lewat kerja keras Menko Marinves (Kemaritiman dan Investasi) pun pengembangan rapid test dan obat Covid-19 buatan Kimia Farma menunjukan realisasi yang signifikan," tegasnya.
Ditegaskan, jika poin di atas bisa ditangani dengan baik, maka itulah yang akan menjadi momen kebangkitan ekonomi. Vaksinasi yang merata dan adil akan meningkatkan kepercayaan diri para pelaku ekonomi.
"Mereka kembali menjadi motor pergerakan lokomotif ekonomi nasional. Jadi vaksin Covid-19 walaupun bukan obat ajaib tetapi menjadi efek psikologis yang kuat untuk membangkitkan optimisme," pungkasnya. (RO/*)