Media Center Fraksi NasDem Gelar Diskusi Terbuka
JAKARTA (29 Juli): Media Center Fraksi NasDem menggelar Diskusi Terbuka, Kamis (28/7) di Merah Delima Resto, Jl. Aditiawarman Kebayoran Baru Jaksel. Diskusi yang mengangkat tema ‘Strategi Komunikasi Politik dan Kinerja Anggota Fraksi NasDem’ ini menghadirkan anggota Fraksi NasDem Johny G. Plate, Akbar Faisal dan Taufiqulhadi, Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Ishadi, pengamat politik Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya serta Pemimpin Redaksi Metro TV Putra Nababan.
Acara yang berlangsung hangat itu mencoba menggarisbawahi tentang partai yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan media diprediksi akan tenggelam. Menjadi berbeda itu penting agar bisa dilirik. Walaupun tak member efek dalam waktu singkat pada keterpilihan, isi yang konsisten dengan garis politik jadi modal awal terbentuknya partai modern yang tentu diharapkan masyarakat.
Yunarto Wijaya mencontohkan Partai NasDem yang berani bicara manifesto atau platform politik lewat jargon restorasi. Menurutnya, tak banyak partai di Indonesia yang memiliki garis politik. Itu mesti disesuaikan dengan setiap pandangan anggota fraksi mereka di DPR agar terlihat konsisten.
“Kalau konsisten, mungkin tidak langsung berdampak pada elektabilitas, tapi kalau berani, ini bisa jadi pionir partai modern,” ujar Yunarto.
Agar bisa berdampak pada keterpilihan, dia menggarisbawahi bahwa pemilihan sikap dan isu semestinya berkorelasi dengan aspirasi konstituen.
“Secara isi itu terbilang bagus. Misalnya, kerasnya fraksi dalam isu ‘papa minta saham’, penolakan terhadap dana aspirasi, serta politik tanpa mahar. Betul dipuji (sikapnya), tapi punya dampak pada elektabilitas tidak?” cetusnya.
Sementara Ishadi menyebut soal minimnya kemunculan anggota fraksi Partai NasDem secara konsisten di media. “Figur Surya Paloh terlalu kuat. Mereka menunggu Surya ngomong apa,” imbuh dia.
Banyaknya kritik dan saran selama jalannya acara, sangat disadari Anggota Fraksi Partai NasDem Akbar Faizal. Legislator asal Sulawesi Selatan itu pun meminta masukan agar pihaknya bisa menggarap lebih baik lagi isu secara lebih baik dan luas.
Akan tetapi, Akbar menggarisbawahi bahwa persoalan pengelolaan isu di fraksi sudah masuk ranah politik, sementara politik butuh kompromi yang terkadang tak bisa diikuti pihak yang memperjuangkan isu tertentu seperti LSM.
“Jangan anggap DPR ini malaikat yang bisa selesaikan semua masalah. LSM kadang egois juga, ini pertarungan politik, ada negosiasi. Sementara LSM tidak membuka ruang negosiasi di situ,” ujarnya.(*)