Politisasi Masjid Jadi Batu Sandungan Buat Islam

JAKARTA (24 Maret): Islam yang rahmatan lil alamin dalam ujian berat jika masjid terus dijadikan sebagai tempat untuk berpolitik, khususnya dalam Pilkada DKI Jakarta.

"Polistisi masjid menjadi batu sandungan bagi Islam rahmatan lil alamin," kata Zuhairi Misrawi, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) dalam diskusi bertajuk "Menjaga Momentum Islam Rahmatan Lil Alamin di Jakarta" yang digelar di Media Center Badja, Jl Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/3).

Selain Gus Mis — begitu Zuhairi biasa dipanggil –, berbicara dalam acara itu, Ahmad Najib Burhani, Wakil Ketua Majelis Pustaka PP Muhammadiyah; dan Taufiq Damas, Sekretaris PWNU Jakarta.

Zuhairi menyayangkan ada pendukung pasangan calon gubernur yang memanfaatkan masjid-masjid di Jakarta sebagai tempat untuk berpolitik (berkampanye). "Masjid itu rumah Tuhan, bukan rumah politik," katanya.

Jika masjid terus dijadikan sarana untuk berpolitik, Zuhairi khawatir, Indonesia nantinya mirip dengan Mesir di mana pemerintah di negeri itu tidak mampu menghentikan politiasi masjid yang dilakukan kelompok radikal dan memunculkan konflik politik berkepanjangan.

Gus Mis mengatakan, dalam perjalanan panjang sejarah bangsa, Islam telah memberi warna bagi demokrasi dan kehidupan sosial di Indonesia. Islam yang rahmatan lil alamin, demikian pengamat Timur Tengah ini, terbukti telah memperkukuh nilai-nilai kebangsaan.

Namun, tambahnya, nilai-nilai positif itu tergerus ketika ada kelompok intoleran di negeri ini, khususnya di Jakarta, yang mencoba memaksakan kehendak untuk menerapkan syariah Islam.

Ahmad Najib menjelaskan dikotomi pihak yang mengaku muslim dan mereka yang dianggap kafir kini semakin tajam terjadi di Jakarta. "Opini pun dikembangkan sedemikian rupa seolah-olah mereka yang memilih Ahok dianggap musuh Islam."

Najib berpendapat kini muncul gerakan anti-intelektualisme di kalangan umat Islam, khususnya berkaitan dengan Pilkada DKI. "Ini bukan persoalan etika, tapi ada orang-orang yang memang tidak mau belajar tentang Islam yang benar dan merasa dirinya paling benar," ujarnya.

Taufiq Damas mengingatkan Islam itu agama yang menjunjung keadilan dan rahmat bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Tapi, kenyataannya sekarang di saat Jakarta menggelar Pilkada, banyak orang radikal yang menggunakan ayat-ayat Alquran untuk mengancam orang lain yang tidak sepaham.

Taufiq menengarai ada yang salah dengan pendidikan di sekolah-sekolah. "Ini menjadi tanggung jawab negara untuk mengoreksi. Ayat Al-Maidah itu tidak ada hubungannya dengan Pilkada. Tapi salah tafsir atas ayat itu terus disuarakan," katanya.[]

Add Comment