a

Opini

ADA yang menarik dalam pengarahan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Jawa Barat, 13 Maret 2016 yang lalu. Pada kesempatan itu, Pak SP menggunakan kata “otokritik” atau kritik terhadap diri sendiri terkait fungsi dan peran partai politik. Beberapa hal dalam otokritik Pak SP ketika itu, bisa saya kutip sebagai berikut: Kenapa ada gubernur yang ingin maju sebagai calon independen, padahal ada institusi resmi partai-partai politik? Ini adalah suatu challenge kepada partai-partai politik. Tentu ada yang salah dengan fungsi dan peran partai politik selama ini. Kenapa persepsi

Oleh Joice Triatman* TEMAN Ahok bukan sembarang teman. Ia telah memberikan pelajaran penting dan berharga pada kita semua, partai politik khususnya. Alih-alih mencibir apa yang dilakukan oleh para relawan itu, sebaiknya kita memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada mereka. Sebab apa yang dilakukan oleh Teman Ahok adalah salah satu cita-cita politik modern: keterlibatan aktif para warga. Ia adalah manifestasi dari apa yang disebut dengan demokrasi deliberatif, yakni demokrasi yang tengah berkembang di tanah air kita khususnya. Barang apakah demokrasi deliberatif ini? Bahasa mudah dari frasa tersebut adalah adanya partisipasi

Kami, Partai NasDem, memang masih partai Balita alias Bawah Lima Tahun. NasDem masih berumur 4 tahun. Jika Tuhan menghendaki, tahun 2016 ini, maka NasDem akan berumur 5 tahun. Bukan Balita lagi, tapi masih bulan November 2016 nanti. Jadi, ya saat tulisan ini dibuat, memang masih Balita. Partai ini juga banyak dipimpin anak-anak muda. Di Pimpinan Harian Partai NasDem, ada saya, Willy Aditya dan Taufik Basari yang masih berusia 30-an. Bagi sebagian orang dan mungkin dianggap masih “anak ingusan” di dunia politik yang penuh intrik. Bahkan,